KONTEN
Resume History of Architectural Conservation – Juka Jokilehto Chapter 6 Stylistic Restoration
Prinsip restorasi/perbaikan dan praktiknya di prancis
Konsep Gaya Restorasi
Konservasi vs Restorasi Inggris
Pelestarian dan restorasi di Austria
Gaya Restorasi di Italia
Ulasan singkat Chapter 6 Stylistic Restoration
Lampiran Terjemahan History of Architectural Conservation – Juka Jokilehto Chapter 6 Stylistic Restoration
Resume History of Architectural Conservation – Juka Jokilehto
Chapter 6 Stylistic Restoration
Gaya restorasi
Prinsip restorasi/perbaikan dan praktiknya di prancis
Pada awal abad ke-19 para arsitek membangun tanpa peduli terhadap arsitektur abad pertengahan dan tekniknya. Kasus ini terjadi pada Gereja Abbey Saint Denis menunjukkan bahwa bangunan ini cukup berisiko. Gereja tersebut beroperasi sejak 1805 dan sempat di perbaiki dan di rubah namun tanpa mengerti strukturnya. Pada Juni 1837 di pasang pencahayaan pada puncak menara timur dan barat, dalam proses perbaikannya di percayakan kepada Francois Debret (1977-1805). Tujuannya memperbaiki bagian yang rusak, malah di putuskan untuk menghancurkan puncak dan menara hingga pintu depan. Tanpa survey yang hati-hati, hal ini menyebabkan kerusakan pada bagian bawah, lalu dia membangun tower baru yang berat. Kerusakan baru kemudian muncul, dan di perbaiki dengan semen dan besi. Tapi situasi malah memburuk.
Kemudian prinsip-prinsip restorasi mulai dikembangkan dari konsep pada tahun 1830-an dengan intervensi konservator yang jumlahnya sedikit berdasarkan studi arkeologi yang penuh kehati-hatian, untuk 'restorasi lengkap' yang nan lebih drastis yangterjadi pada pertengahan abad. Prinsip-prinsip awal dirangkum oleh Adolphe Napoleon Didron (1806-1867), arkeolog, pelukis kaca, dan pendiri Les Annales Archeologiques pada tahun 1844, serta sebagai salah satu kritikus terkemuka restorasi di Perancis pada 1840-an.
Restorasi pada jaman itu banyak mengalami perbedaan tafsir diantara para arsitek dan konservator, hal ini disebabkan perbedaan cara pandang terhadap ide konservasi. Salah satu Konservator yang idenya di terima dan kosepnya terhadap restorasi di gunakan saat itu adalah Viollet-le-Duc adalah seorang juru gambar yang handal, dan bekerja sebagai arsitek desain bangunan baru, sebaik furnitur dan interior, termasuk desain kereta kerajaan. Proyek restorasi utamanya termasuk katedral-katedral di Paris, Amiens, Reims dan Clermont-Ferrand, gereja-gereja Saint-Just di Narbonne, La Madeleine di Vezelay, Saint-Pere-sous-Vezelay, Beaune, Saint-Denis, Saint-Semin of Toulouse and Eu, sebaik membangun benteng kota Carcassonne, Tembok Synodal di Sens, kastil Coucy, kastil Pierrefonds, dan benteng Avignon. Disamping itu, dia dilibatkan dalam banyak rencana lain di Perancis, Belgia, Belanda dan Switzerland. Pengaruh langsung atau tidak langsungnya dirasakan seluruh Eropa dan bahkan benua lainnya, dan dia menjadi symbol nyata dari pergerakan restorasi.
-. Vezelay
LaMadeleine of Vezelay, sebelah tenggara Paris, dimasukkan dalam daftar Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1979 sebagai salah satu situs Perancis dan itu menjaga tempat penting dalam sejarah arsitektur Perancis. Bagian tengah gereja adalah sebuah contoh mengagumkan dari tradisi gaya arsitektur Roma.
-. Notre Dame
Katedral Notre-Dame, didirikan pada abad kedua belas, telah melalui banyak transformasi. Karena pada abad ke-18 bangunan ini cukup banyak menderita, selain usia juga karena aksi vandalism, banyak patung-paatungnya di rusak dan di jual. Kemudian Viollet-le-Duc, Lassus, dan di bantu konservator lainnya, melakukan restorasi terhadap Notredame.
-. Carcassonne
The Cité Carcassonne, sebuah benteng asal Romawi, telah secara substansial dimodifikasi pada abad ketiga belas, dan tidak pernah mengalami penaklukkan sejak saat itu. Telah bertahan dengan fungsi militernya sampai Revolusi Perancis, namun, pada awal abad kesembilan belas, dimana Status militer telah dihapus, dan batu yang secara bertahap dihapus sebagai bagian bahan bangunan. Bagian atas benteng kemudian hilang. Kemudian di retorasi kembali pada tahun 1855 dengan mengembalikan bagian-bagian bangunan yang hilang.
Konsep Gaya Restorasi
Hingga tahun 1840 an sebuah debat berlanjut pada prinsip-prinsip restorasi.
Bourasse mengacu kepada dua baris pemikiran mengenai pertanyaan: kelompok yang pertama ingin mempertahankan sisa-sisa yang ada (tradisional) meskipun terpotong-potong, sedangkan kelompok yang kedua memilih untuk terus maju dengan melakukan restorasi (pembaharuan) dengan hati-hati (sangat teliti). Kelompok pertama mempertimbangkan bangunan bersejarah sebagai saksi, dan bukti dokumentasi yang mereka butuhkan untuk dilestarikan secara utuh dan otentik tanpa pemalsuan.
Pendukung dari pendapat lainnya, yang bertentangan, tidak hanya mempertimbangkan bangunan-bangunan lama sebagai monumen bersejarah, tetapi juga mengambil fakta sebagai pertimbangan bahwa bangunan-bangunan ini masih mempertahankan kultus dan upacara yang sama.
Bourasse dengan jelas memihak kepada kelompok “pejuang” kedua ini, dan secara khusus mengemukakan pertanyaan tentang kontinuitas nilai tradisional. Dia setuju bahwa monumen Roma kuno, yang mana adalah bagian dari peradaban terdahulu dari sejarah- harus dipelihara dalam masa kini sebagai dokumen atau sebagai bagian dari dokumen.
Bourasse mempertimbangakan bahwa monumen “hidup” dapat juga menjadi pencapaian penting dari seseorang sebagai seni pekerjaan dan arsitektur, dan ditangani oleh para professional terampil yang mana telah mampu untuk menjamin kualitas kerja yang diperlukan. Beliau mengacu pada restorasi cathedral yang sedang berlangsung di kampung halamannya. Perjalanan, dimana arsitek, C-V Guerin (1815-1881) telah meletakkan bagian asli dari ornamen kedalam musium lokal.
Istilah restorasi dan hal itu sendiri adalah bersifat modern. Untuk memperbaharui dengan tidak mempertahankannya, untuk memperbaiki atau untuk membangun ulang ; ini untuk mengembalikannya lagi dalam kondisi lengkap dimana mungkin tidak akan pernah ada lagi pada waktu tertentu (yang akan datang).
Menurut Violet le duc, bahwa seorang restorator tidak hanya mengerti aristektur tapi juga punye pengetahuan sejarah, sehinggga ketika melakukan pekerjaan restorasi dia dapat memperkirakan bahwa apa yang dia bangun tidak merusak bentuk semula dari bangunan.
Konservasi vs Restorasi Inggris
Perlindungan terhadap bangunan bersejarah di Inggris dahulu dilakukan berdasarkan usaha perseorangan. Bahkan abad ke 20, usaha signifikan untuk memelihara dan memeperbaiki Chatedral terbaik di kota telah dilakukan berdasarkan substansial pendanaan swasta.
Tahun 1877 Inggris melakukan pelestarian melalui pendekatan lembaga untuk melindungi bangunan kuno. Berbagai komunitas pecinta benda bersejarah bermunculan Seperti grup georgian, masyarakat victoria, dewan untuk Arkeologi Inggris, dan sebagainya. Di waktu yang sama, ada percobaan untuk membentuk institusi resmi untuk melindungi bangunan bersejarah seperti sistem yang berlaku prancis.
Di tahun 1841, John Britton, yang telah mendaftarkan nama-nama bangunan bersejarah di London, dihubungi Joseph Hume (1777-1855), seorang anggota parlemen, untuk menjadi komisi penyelidik di The House of Commons. Di tahun yang sama, Sir George Gilbert Scott diusulkan pendirian Komisi Antiquarian untuk membantu dalam pengawasan restorasi. Dari periode tahun 1840an sampai 1860an ditandai oleh meningkatnya praktek restorasi, maupun perdebatan hebat pada prinsip-prinsip perawatan struktur bersejarah. Peran penting dalam perdebatan ini dimainkan oleh the Cambridge-Camden Society yang didirikan oleh dua lulusan Cambridge, John Mason Neale (1818-69) dan Benjamin Webb (1819-85) di tahun 1839.50 Bermaksud mempromosikan ritual katolik, bangunan gereja yang tepat, dan banyak mengetahui restorasi. Banyak arsitek menjadi salah satu anggota atau terpengaruh oleh lembaga misalnya Rickman, Salvin, Cockerell, Street, Butterfield dan Scott. Prinsip-prinsip tersebut diluncurkan dalam “The Ecclesiologist”, dipublikasikan pertama kaali di tahun 1841, dan banyak publikasi dilakukan oleh anggota. Polemic kemudian muncul ; masyarakat dituduh melakukan konspirasi untuk mengembalikan ajaran roma katolik. Itu dibubarkan dan didirikan kembali sebagai Masyarakat Ecclesioligical tahun 1845. Salah satu kunci dari objektivitas masyarakat yaitu untuk memulihkan kembali gereja orang-orang Inggris untuk mencapai kejayaanya lagi, yang terbaik adalah gaya murni.
-. Arsitek Ekklesiologis
Salah satu arsitek favorit Ecclesiological yaitu Anthony Salvin (1799-1881), anggota The Society of Antuquaries dan Oxford Archirectural dan Historical Society. Dia memiliki tempat praktik yang luas, bekerja pada cathedrals of Norwich, Durham dan Well, dan juga pada banyak gereja.
John Loughborough (1817-96) dilatih oleh Ignatius Bonomi dan Salvin, yang memeperkenalkan dia kepada Ecclesiological principle. Dia banyak mengkoordinir praktisi bangunan dan restorasi gereja, berhadapan dengan lebih dari ratusan gereja parish dan beberapa cathedral. Pada tahun 1870 dia mendapat nominasi Surveyor of Lincoln Cathedral, dan pada tahun 1879 penerus untuk Scott di Westminster Abbey, banyak dikritik oleh William Morris. Favorit lain Camdenians yaitu William Butterfield (1814-1900); ia memperkenalkan interpretasi, individu istimewa arsitektur gothic dan polychromy kuat yang disukai.
Selama tahun 1840an muncul perdebatan baru di Inggris mengenai prinsip-prinsip konservasi dan restorasi bangunan-bangunan bersejarah, dan khususnya gereja-gereja abad pertengahan. Perdebatan membagi masyarakat ke dalam dua kelompok yang saling bertentangan, pelaku restorasi dan anti restorasi, dan secara berangsur-angsur memimpin untuk mengklarifikasi prinsip dari konservasi. Melihat perdebatan dari sudut pandang umum, kedua belah pihak tampaknya memiliki banyak kesamaan; perbedaan dasar yaitu pada definisi objek. Pelaku restorasi yang sebagian besar peduli terhadap konservasi dan jika perlu, terlabih dahulu merekonstruksi bentuk arsitektur, pada saat yang sama menekankan pada aspek praktikal dan fungsional. Anti-restorasi, sebaliknya, sadar waktu bersejarah bersikeras bahwa setiap objek atau konstruksi termasuk spesifik historic dan konteks kultural, dan sangat tidak mungkin untuk menciptakan kembali dengan arti yang sama diperiode yang berbeda.
-. George Gilbert Scott
Salah satu protagonis utama dalam mengkuti debat restorasi yaitu Sir George Gilbert Scott (1811-78), Victorian Architect paling berhasil dalam praktik besar restorasi gereja. Scott mendedikasikan seluruh hidupnya untuk pekerjaannya. Sebagian besar karyanya berurusan dengan bangunan bersejarah. Scott mempertahankan bahwa jika gereja-gereja dapat ditunjukkan hanya sebagai dokumen yang jelas/fakta dari arsitektur kuno; seperti puing/reruntuhan antik, mereka sebaiknya secara jelas di tunjukkan di bangunan masa kini- bagaimanapun levelnya. Namun, mempertimbangkan kebutuhan penggunaan gedung untuk tujuan yang sesuai.
Pelestarian dan restorasi di Austria
Kebijakan awal untuk perlindungan benda budaya di Austria di tujukan dan di fokuskan pada benda yang dapat di pindah-pindahkan. Bermula saat kepemimpinan Maria Theresa yang mengoleksi dan menjaga dokumen arsip pada 12 agustus 1749, di tahun yang sama arsip di kumpulkan. Selama awal dan pertengahan abad ke-19 mendapat pengaruh dari Itali, Inggris, Prancis, dan Prusia. Hal ini meningkatkan perhatian terhadap perlindungan benda-benda antic dan bangunan bersejarah. Di akhir abad ke-19 muncul semangat patriotism yang menyemangati masyarakat untuk menemukan dan mempromosikan budayanya.
Sesuai dengan itu pada 31 Desember 1850, kerajaan menandatangani usulan untuk menetapkan Komisi pusat untuk Penelitian dan konservasi bangunan bersejarah. Di bawah arahan Karl Freiherr Czoernig Von Czernhausen (1804-89). Pada tahun 1873, komisi itu diperbesar untuk mencakup semua 'monumen artistik dan bersejarah' dari zaman prasejarah dan kuno sampai akhir abad kedelapan belas. Komisi pusat bekerja atas dasar sukarela, melainkan mengkoordinasikan kegiatan konservator kehormatan ditunjuk ke berbagai bagian kekaisaran, dan WAA didorong untuk mencari dukungan dari semua sumber daya pribadi yang tersedia, termasuk masyarakat.
Menurut instruksi (1853) tugas komisi pusat termasuk persediaan, dokumentasi, perlindungan hukum, dan aproval proyek restorasi bangunan bersejarah. Definisi hukum 'baudenkmal' (bangunan bersejarah, monumen) adalah bangunan atau struktur tetap sebelumnya yang memiliki nilai tentang kenangan historis atau memiliki nilai artistik dan yang tidak dapat dihapus dari situsnya tanpa kerusakan. Monumen seperti itu harus dilindungi terhadap resiko pembusukan atau perusakan, dan komisi itu harus berkonsultasi untuk setiap perubahan atau transformasi dalam pengaturan.
Arsitek restorasi utama yang sangat dipengaruhi kebangkitan gothic dan praktek restorasi di Kekaisaran Austria, adalah Friedrich von Schmidt (1825-1891). dia bekerja pada cologne Cathedral dari 1843. Diajarkan di akademisi dari milan (1857-1859), dan dipulihkan S Ambrogio di milan, dan San Donato di Murano. ia mempersiapkan proyek Untuk S Giacomo Maggiore di Vicenza, dan untuk 'gothicization' dari Milan Cathedral. Pada 1863, ia dinominasikan surveyor ke St Stephan Dom di Wina, melakukan restorasi panjang yang dimulai dengan membangun kembali menara. Sejumlah besar bangunan bersejarah di seluruh bagian negara itu dikembalikan oleh dia, termasuk Karlstein Castle (1870), Zagreb Cathedral (1875), Klosterneuburg, serta St Veit Katedral di Praha.
Dalam periode romantisme dan Historismus, restorasi sebagian besar banyak terinspirasi oleh contoh Scott dan Violet-Le-duc. Pada saat yang sama, penelitian dan dokumentasi berlanjut, dan pengetahuan arsitektur bersejarah meningkat dalam periode ini.
Gaya Restorasi di Italia
Beberapa perintah telah didirikan untuk melindungi bangunan abad pertengahan sejak abad kelima belas. Namun pada abad ke-19 ada tren mengubah bangunan lama menjadi bangunan baru. Dengan kedatangan kebangkitan Gothic, ini sikap ini secara bertahap berubah.
Pada 1823, Basilika Cristian di san paolo rusak parah dalam api. Proposal untuk rekonstruksi disusun oleh Valadier yang tidak mendukung membangun replika, lalu di putuskan untuk memperbaiki bagian bangunan yang terbakar saja. Di antara restorasi pertama bangunan abad pertengahan, adalah balai kota cremona, dimana sebelumnya telah dimodifikasi dalam gaya klasik. Tahun 1848-50, yang curch san pietro di Trento memiliki tampilan Gothic baru yang dirancang oleh Pietro Selvatico Estense (1803-1880), eksponen penting pertama dari kebangkitan gothic di Italy.
Salah satu pesaing utama di florence Italia adalah Giuseppe Domenico Partini (1842-1895), Dari 1865 sampai kematiannya, dia bekerja di Katedral f Siena, memperbarui dan memulihkan hampir semua bagian utama dari Bangunan, Termasuk patung Giovanni Pisano di depan barat dan lantai mosaik.
Restorasi membangkitkan beberapa kebingungan bahkan di antara para pendukungnya, yang mengeluh bahwa meskipun model kuno selalu memiliki semua detail dan dapat direproduksi, fasad akan tampak sangat berbeda dari apa yang telah terjadi sebelumnya (Rubini, 1879, Buscioni, 1981:44). Semua penambahan di interior Baroque dekaden telah dihapus (seperti yang telah dilakukan di katedral florence, Pisa dan Arezzo) Dalam rangka untuk mengembalikannya ke 'keindahan aslinya' (buscioni. 1981:45) Ketika memulihkan bangunan Romawi Partini menganggap 'mereka ketuaan '. Dan memperlakukan mereka dengan cara yang parah. Ketika berhadapan dengan bangunan gothic sebaliknya, ia leet semangat kreatif nya berjalan bebas, seperti di Siena Cathedral. Antusiasme untuk pengerjaan membuatnya menghiasi bangunan dengan lukisan dinding, mosaik, karya logam, dll kritikus modern telah menekankan betapa masa lalu dan sekarang yang dipahami sebagai satu realitas yang sama dalam karyanya, dan ia bekerja 'di atas waktu historis dalam semacam identitas metode '(Buscioni, 1981:9).
Ulasan singkat dari Chapter 6 Stylistic restoration
Restorasi bermula pada abad 19 yang pada awalnya di lakukan tanpa mempehatikan detail arsitektur pada abad pertengahan. Sehingga dalam praktiknya Restorasi banyak menimbulkan perdebatan pendapat di kalangan konservator. Sejauh mana dan sebatas mana kegiatan restorasi di lakukan?
Restorasi di Perancis di mulai oleh kelompok-kelompok minoritas yang mempunyai kepedulian terhadap keberlangsungan cagar budaya setempat begtupula di Inggris. Sekalipun saat itu ada perbedaan tafsir tentang restorasi, namun pendapat dan upaya restorasi yang banyak di terima serta di pakai saat itu adalah Violet Le Duc. Pengaruh langsung atau tidak langsungnya dirasakan seluruh Eropa dan bahkan benua lainnya, dan dia menjadi symbol nyata dari pergerakan restorasi. Menurut Violet le duc, bahwa seorang restorator tidak hanya mengerti aristektur tapi juga punye pengetahuan sejarah, sehinggga ketika melakukan pekerjaan restorasi dia dapat memperkirakan bahwa apa yang dia bangun tidak merusak bentuk semula dari bangunan
Di inggris sempat muncul paham konservasi Arsitektur Ekklesiologis, yaitu selain merawat/mengkonservasi bangunannya juga menghidupkan/mempertahankan kegiatan/ritual yang berlangsung di dalamnya. Hal ini menimbulkan banyak pertentangan di mana saat itu gereja-gereja beraliran katolik Roma sementara Inggris adalah kerajaan yang menganut protestan. Selain itu ada perdebatan pro restorasi dan anti restorasi keduanya hanya berbeda pada masalah objek namun memiliki banyak persamaan sebagian besar peduli terhadap konservasi. Sedangkan Restorasi di Austria dan di Italia sama-sama di akomodasi oleh kerajaan/pemerintah yang berkuasa dan juga mendapat pengaruh dari gaya restorasi Violet Le Duc.
Terlepas dari perbedaan perbedaan tafsir restorasi saat itu, kegiatan konservasi yang di lakukan saat itu adalah titik awal yang melandasi kegiatan konservasi saat ini. Kegiatan konservasi penting posisinya saat ini sebagai upaya rekam jejak sejarah dan member ruang kepada generasi berikutnya untuk mengenal identitas serta sejarah yang berlaku di negerinya.
di ringkas/resume seadanya oleh Sketsa Ultra Pelangi
Resume History of Architectural Conservation – Juka Jokilehto Chapter 6 Stylistic Restoration
Prinsip restorasi/perbaikan dan praktiknya di prancis
Konsep Gaya Restorasi
Konservasi vs Restorasi Inggris
Pelestarian dan restorasi di Austria
Gaya Restorasi di Italia
Ulasan singkat Chapter 6 Stylistic Restoration
Lampiran Terjemahan History of Architectural Conservation – Juka Jokilehto Chapter 6 Stylistic Restoration
Resume History of Architectural Conservation – Juka Jokilehto
Chapter 6 Stylistic Restoration
Gaya restorasi
Prinsip restorasi/perbaikan dan praktiknya di prancis
Pada awal abad ke-19 para arsitek membangun tanpa peduli terhadap arsitektur abad pertengahan dan tekniknya. Kasus ini terjadi pada Gereja Abbey Saint Denis menunjukkan bahwa bangunan ini cukup berisiko. Gereja tersebut beroperasi sejak 1805 dan sempat di perbaiki dan di rubah namun tanpa mengerti strukturnya. Pada Juni 1837 di pasang pencahayaan pada puncak menara timur dan barat, dalam proses perbaikannya di percayakan kepada Francois Debret (1977-1805). Tujuannya memperbaiki bagian yang rusak, malah di putuskan untuk menghancurkan puncak dan menara hingga pintu depan. Tanpa survey yang hati-hati, hal ini menyebabkan kerusakan pada bagian bawah, lalu dia membangun tower baru yang berat. Kerusakan baru kemudian muncul, dan di perbaiki dengan semen dan besi. Tapi situasi malah memburuk.
Kemudian prinsip-prinsip restorasi mulai dikembangkan dari konsep pada tahun 1830-an dengan intervensi konservator yang jumlahnya sedikit berdasarkan studi arkeologi yang penuh kehati-hatian, untuk 'restorasi lengkap' yang nan lebih drastis yangterjadi pada pertengahan abad. Prinsip-prinsip awal dirangkum oleh Adolphe Napoleon Didron (1806-1867), arkeolog, pelukis kaca, dan pendiri Les Annales Archeologiques pada tahun 1844, serta sebagai salah satu kritikus terkemuka restorasi di Perancis pada 1840-an.
Restorasi pada jaman itu banyak mengalami perbedaan tafsir diantara para arsitek dan konservator, hal ini disebabkan perbedaan cara pandang terhadap ide konservasi. Salah satu Konservator yang idenya di terima dan kosepnya terhadap restorasi di gunakan saat itu adalah Viollet-le-Duc adalah seorang juru gambar yang handal, dan bekerja sebagai arsitek desain bangunan baru, sebaik furnitur dan interior, termasuk desain kereta kerajaan. Proyek restorasi utamanya termasuk katedral-katedral di Paris, Amiens, Reims dan Clermont-Ferrand, gereja-gereja Saint-Just di Narbonne, La Madeleine di Vezelay, Saint-Pere-sous-Vezelay, Beaune, Saint-Denis, Saint-Semin of Toulouse and Eu, sebaik membangun benteng kota Carcassonne, Tembok Synodal di Sens, kastil Coucy, kastil Pierrefonds, dan benteng Avignon. Disamping itu, dia dilibatkan dalam banyak rencana lain di Perancis, Belgia, Belanda dan Switzerland. Pengaruh langsung atau tidak langsungnya dirasakan seluruh Eropa dan bahkan benua lainnya, dan dia menjadi symbol nyata dari pergerakan restorasi.
-. Vezelay
LaMadeleine of Vezelay, sebelah tenggara Paris, dimasukkan dalam daftar Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1979 sebagai salah satu situs Perancis dan itu menjaga tempat penting dalam sejarah arsitektur Perancis. Bagian tengah gereja adalah sebuah contoh mengagumkan dari tradisi gaya arsitektur Roma.
-. Notre Dame
Katedral Notre-Dame, didirikan pada abad kedua belas, telah melalui banyak transformasi. Karena pada abad ke-18 bangunan ini cukup banyak menderita, selain usia juga karena aksi vandalism, banyak patung-paatungnya di rusak dan di jual. Kemudian Viollet-le-Duc, Lassus, dan di bantu konservator lainnya, melakukan restorasi terhadap Notredame.
-. Carcassonne
The Cité Carcassonne, sebuah benteng asal Romawi, telah secara substansial dimodifikasi pada abad ketiga belas, dan tidak pernah mengalami penaklukkan sejak saat itu. Telah bertahan dengan fungsi militernya sampai Revolusi Perancis, namun, pada awal abad kesembilan belas, dimana Status militer telah dihapus, dan batu yang secara bertahap dihapus sebagai bagian bahan bangunan. Bagian atas benteng kemudian hilang. Kemudian di retorasi kembali pada tahun 1855 dengan mengembalikan bagian-bagian bangunan yang hilang.
Konsep Gaya Restorasi
Hingga tahun 1840 an sebuah debat berlanjut pada prinsip-prinsip restorasi.
Bourasse mengacu kepada dua baris pemikiran mengenai pertanyaan: kelompok yang pertama ingin mempertahankan sisa-sisa yang ada (tradisional) meskipun terpotong-potong, sedangkan kelompok yang kedua memilih untuk terus maju dengan melakukan restorasi (pembaharuan) dengan hati-hati (sangat teliti). Kelompok pertama mempertimbangkan bangunan bersejarah sebagai saksi, dan bukti dokumentasi yang mereka butuhkan untuk dilestarikan secara utuh dan otentik tanpa pemalsuan.
Pendukung dari pendapat lainnya, yang bertentangan, tidak hanya mempertimbangkan bangunan-bangunan lama sebagai monumen bersejarah, tetapi juga mengambil fakta sebagai pertimbangan bahwa bangunan-bangunan ini masih mempertahankan kultus dan upacara yang sama.
Bourasse dengan jelas memihak kepada kelompok “pejuang” kedua ini, dan secara khusus mengemukakan pertanyaan tentang kontinuitas nilai tradisional. Dia setuju bahwa monumen Roma kuno, yang mana adalah bagian dari peradaban terdahulu dari sejarah- harus dipelihara dalam masa kini sebagai dokumen atau sebagai bagian dari dokumen.
Bourasse mempertimbangakan bahwa monumen “hidup” dapat juga menjadi pencapaian penting dari seseorang sebagai seni pekerjaan dan arsitektur, dan ditangani oleh para professional terampil yang mana telah mampu untuk menjamin kualitas kerja yang diperlukan. Beliau mengacu pada restorasi cathedral yang sedang berlangsung di kampung halamannya. Perjalanan, dimana arsitek, C-V Guerin (1815-1881) telah meletakkan bagian asli dari ornamen kedalam musium lokal.
Istilah restorasi dan hal itu sendiri adalah bersifat modern. Untuk memperbaharui dengan tidak mempertahankannya, untuk memperbaiki atau untuk membangun ulang ; ini untuk mengembalikannya lagi dalam kondisi lengkap dimana mungkin tidak akan pernah ada lagi pada waktu tertentu (yang akan datang).
Menurut Violet le duc, bahwa seorang restorator tidak hanya mengerti aristektur tapi juga punye pengetahuan sejarah, sehinggga ketika melakukan pekerjaan restorasi dia dapat memperkirakan bahwa apa yang dia bangun tidak merusak bentuk semula dari bangunan.
Konservasi vs Restorasi Inggris
Perlindungan terhadap bangunan bersejarah di Inggris dahulu dilakukan berdasarkan usaha perseorangan. Bahkan abad ke 20, usaha signifikan untuk memelihara dan memeperbaiki Chatedral terbaik di kota telah dilakukan berdasarkan substansial pendanaan swasta.
Tahun 1877 Inggris melakukan pelestarian melalui pendekatan lembaga untuk melindungi bangunan kuno. Berbagai komunitas pecinta benda bersejarah bermunculan Seperti grup georgian, masyarakat victoria, dewan untuk Arkeologi Inggris, dan sebagainya. Di waktu yang sama, ada percobaan untuk membentuk institusi resmi untuk melindungi bangunan bersejarah seperti sistem yang berlaku prancis.
Di tahun 1841, John Britton, yang telah mendaftarkan nama-nama bangunan bersejarah di London, dihubungi Joseph Hume (1777-1855), seorang anggota parlemen, untuk menjadi komisi penyelidik di The House of Commons. Di tahun yang sama, Sir George Gilbert Scott diusulkan pendirian Komisi Antiquarian untuk membantu dalam pengawasan restorasi. Dari periode tahun 1840an sampai 1860an ditandai oleh meningkatnya praktek restorasi, maupun perdebatan hebat pada prinsip-prinsip perawatan struktur bersejarah. Peran penting dalam perdebatan ini dimainkan oleh the Cambridge-Camden Society yang didirikan oleh dua lulusan Cambridge, John Mason Neale (1818-69) dan Benjamin Webb (1819-85) di tahun 1839.50 Bermaksud mempromosikan ritual katolik, bangunan gereja yang tepat, dan banyak mengetahui restorasi. Banyak arsitek menjadi salah satu anggota atau terpengaruh oleh lembaga misalnya Rickman, Salvin, Cockerell, Street, Butterfield dan Scott. Prinsip-prinsip tersebut diluncurkan dalam “The Ecclesiologist”, dipublikasikan pertama kaali di tahun 1841, dan banyak publikasi dilakukan oleh anggota. Polemic kemudian muncul ; masyarakat dituduh melakukan konspirasi untuk mengembalikan ajaran roma katolik. Itu dibubarkan dan didirikan kembali sebagai Masyarakat Ecclesioligical tahun 1845. Salah satu kunci dari objektivitas masyarakat yaitu untuk memulihkan kembali gereja orang-orang Inggris untuk mencapai kejayaanya lagi, yang terbaik adalah gaya murni.
-. Arsitek Ekklesiologis
Salah satu arsitek favorit Ecclesiological yaitu Anthony Salvin (1799-1881), anggota The Society of Antuquaries dan Oxford Archirectural dan Historical Society. Dia memiliki tempat praktik yang luas, bekerja pada cathedrals of Norwich, Durham dan Well, dan juga pada banyak gereja.
John Loughborough (1817-96) dilatih oleh Ignatius Bonomi dan Salvin, yang memeperkenalkan dia kepada Ecclesiological principle. Dia banyak mengkoordinir praktisi bangunan dan restorasi gereja, berhadapan dengan lebih dari ratusan gereja parish dan beberapa cathedral. Pada tahun 1870 dia mendapat nominasi Surveyor of Lincoln Cathedral, dan pada tahun 1879 penerus untuk Scott di Westminster Abbey, banyak dikritik oleh William Morris. Favorit lain Camdenians yaitu William Butterfield (1814-1900); ia memperkenalkan interpretasi, individu istimewa arsitektur gothic dan polychromy kuat yang disukai.
Selama tahun 1840an muncul perdebatan baru di Inggris mengenai prinsip-prinsip konservasi dan restorasi bangunan-bangunan bersejarah, dan khususnya gereja-gereja abad pertengahan. Perdebatan membagi masyarakat ke dalam dua kelompok yang saling bertentangan, pelaku restorasi dan anti restorasi, dan secara berangsur-angsur memimpin untuk mengklarifikasi prinsip dari konservasi. Melihat perdebatan dari sudut pandang umum, kedua belah pihak tampaknya memiliki banyak kesamaan; perbedaan dasar yaitu pada definisi objek. Pelaku restorasi yang sebagian besar peduli terhadap konservasi dan jika perlu, terlabih dahulu merekonstruksi bentuk arsitektur, pada saat yang sama menekankan pada aspek praktikal dan fungsional. Anti-restorasi, sebaliknya, sadar waktu bersejarah bersikeras bahwa setiap objek atau konstruksi termasuk spesifik historic dan konteks kultural, dan sangat tidak mungkin untuk menciptakan kembali dengan arti yang sama diperiode yang berbeda.
-. George Gilbert Scott
Salah satu protagonis utama dalam mengkuti debat restorasi yaitu Sir George Gilbert Scott (1811-78), Victorian Architect paling berhasil dalam praktik besar restorasi gereja. Scott mendedikasikan seluruh hidupnya untuk pekerjaannya. Sebagian besar karyanya berurusan dengan bangunan bersejarah. Scott mempertahankan bahwa jika gereja-gereja dapat ditunjukkan hanya sebagai dokumen yang jelas/fakta dari arsitektur kuno; seperti puing/reruntuhan antik, mereka sebaiknya secara jelas di tunjukkan di bangunan masa kini- bagaimanapun levelnya. Namun, mempertimbangkan kebutuhan penggunaan gedung untuk tujuan yang sesuai.
Pelestarian dan restorasi di Austria
Kebijakan awal untuk perlindungan benda budaya di Austria di tujukan dan di fokuskan pada benda yang dapat di pindah-pindahkan. Bermula saat kepemimpinan Maria Theresa yang mengoleksi dan menjaga dokumen arsip pada 12 agustus 1749, di tahun yang sama arsip di kumpulkan. Selama awal dan pertengahan abad ke-19 mendapat pengaruh dari Itali, Inggris, Prancis, dan Prusia. Hal ini meningkatkan perhatian terhadap perlindungan benda-benda antic dan bangunan bersejarah. Di akhir abad ke-19 muncul semangat patriotism yang menyemangati masyarakat untuk menemukan dan mempromosikan budayanya.
Sesuai dengan itu pada 31 Desember 1850, kerajaan menandatangani usulan untuk menetapkan Komisi pusat untuk Penelitian dan konservasi bangunan bersejarah. Di bawah arahan Karl Freiherr Czoernig Von Czernhausen (1804-89). Pada tahun 1873, komisi itu diperbesar untuk mencakup semua 'monumen artistik dan bersejarah' dari zaman prasejarah dan kuno sampai akhir abad kedelapan belas. Komisi pusat bekerja atas dasar sukarela, melainkan mengkoordinasikan kegiatan konservator kehormatan ditunjuk ke berbagai bagian kekaisaran, dan WAA didorong untuk mencari dukungan dari semua sumber daya pribadi yang tersedia, termasuk masyarakat.
Menurut instruksi (1853) tugas komisi pusat termasuk persediaan, dokumentasi, perlindungan hukum, dan aproval proyek restorasi bangunan bersejarah. Definisi hukum 'baudenkmal' (bangunan bersejarah, monumen) adalah bangunan atau struktur tetap sebelumnya yang memiliki nilai tentang kenangan historis atau memiliki nilai artistik dan yang tidak dapat dihapus dari situsnya tanpa kerusakan. Monumen seperti itu harus dilindungi terhadap resiko pembusukan atau perusakan, dan komisi itu harus berkonsultasi untuk setiap perubahan atau transformasi dalam pengaturan.
Arsitek restorasi utama yang sangat dipengaruhi kebangkitan gothic dan praktek restorasi di Kekaisaran Austria, adalah Friedrich von Schmidt (1825-1891). dia bekerja pada cologne Cathedral dari 1843. Diajarkan di akademisi dari milan (1857-1859), dan dipulihkan S Ambrogio di milan, dan San Donato di Murano. ia mempersiapkan proyek Untuk S Giacomo Maggiore di Vicenza, dan untuk 'gothicization' dari Milan Cathedral. Pada 1863, ia dinominasikan surveyor ke St Stephan Dom di Wina, melakukan restorasi panjang yang dimulai dengan membangun kembali menara. Sejumlah besar bangunan bersejarah di seluruh bagian negara itu dikembalikan oleh dia, termasuk Karlstein Castle (1870), Zagreb Cathedral (1875), Klosterneuburg, serta St Veit Katedral di Praha.
Dalam periode romantisme dan Historismus, restorasi sebagian besar banyak terinspirasi oleh contoh Scott dan Violet-Le-duc. Pada saat yang sama, penelitian dan dokumentasi berlanjut, dan pengetahuan arsitektur bersejarah meningkat dalam periode ini.
Gaya Restorasi di Italia
Beberapa perintah telah didirikan untuk melindungi bangunan abad pertengahan sejak abad kelima belas. Namun pada abad ke-19 ada tren mengubah bangunan lama menjadi bangunan baru. Dengan kedatangan kebangkitan Gothic, ini sikap ini secara bertahap berubah.
Pada 1823, Basilika Cristian di san paolo rusak parah dalam api. Proposal untuk rekonstruksi disusun oleh Valadier yang tidak mendukung membangun replika, lalu di putuskan untuk memperbaiki bagian bangunan yang terbakar saja. Di antara restorasi pertama bangunan abad pertengahan, adalah balai kota cremona, dimana sebelumnya telah dimodifikasi dalam gaya klasik. Tahun 1848-50, yang curch san pietro di Trento memiliki tampilan Gothic baru yang dirancang oleh Pietro Selvatico Estense (1803-1880), eksponen penting pertama dari kebangkitan gothic di Italy.
Salah satu pesaing utama di florence Italia adalah Giuseppe Domenico Partini (1842-1895), Dari 1865 sampai kematiannya, dia bekerja di Katedral f Siena, memperbarui dan memulihkan hampir semua bagian utama dari Bangunan, Termasuk patung Giovanni Pisano di depan barat dan lantai mosaik.
Restorasi membangkitkan beberapa kebingungan bahkan di antara para pendukungnya, yang mengeluh bahwa meskipun model kuno selalu memiliki semua detail dan dapat direproduksi, fasad akan tampak sangat berbeda dari apa yang telah terjadi sebelumnya (Rubini, 1879, Buscioni, 1981:44). Semua penambahan di interior Baroque dekaden telah dihapus (seperti yang telah dilakukan di katedral florence, Pisa dan Arezzo) Dalam rangka untuk mengembalikannya ke 'keindahan aslinya' (buscioni. 1981:45) Ketika memulihkan bangunan Romawi Partini menganggap 'mereka ketuaan '. Dan memperlakukan mereka dengan cara yang parah. Ketika berhadapan dengan bangunan gothic sebaliknya, ia leet semangat kreatif nya berjalan bebas, seperti di Siena Cathedral. Antusiasme untuk pengerjaan membuatnya menghiasi bangunan dengan lukisan dinding, mosaik, karya logam, dll kritikus modern telah menekankan betapa masa lalu dan sekarang yang dipahami sebagai satu realitas yang sama dalam karyanya, dan ia bekerja 'di atas waktu historis dalam semacam identitas metode '(Buscioni, 1981:9).
Ulasan singkat dari Chapter 6 Stylistic restoration
Restorasi bermula pada abad 19 yang pada awalnya di lakukan tanpa mempehatikan detail arsitektur pada abad pertengahan. Sehingga dalam praktiknya Restorasi banyak menimbulkan perdebatan pendapat di kalangan konservator. Sejauh mana dan sebatas mana kegiatan restorasi di lakukan?
Restorasi di Perancis di mulai oleh kelompok-kelompok minoritas yang mempunyai kepedulian terhadap keberlangsungan cagar budaya setempat begtupula di Inggris. Sekalipun saat itu ada perbedaan tafsir tentang restorasi, namun pendapat dan upaya restorasi yang banyak di terima serta di pakai saat itu adalah Violet Le Duc. Pengaruh langsung atau tidak langsungnya dirasakan seluruh Eropa dan bahkan benua lainnya, dan dia menjadi symbol nyata dari pergerakan restorasi. Menurut Violet le duc, bahwa seorang restorator tidak hanya mengerti aristektur tapi juga punye pengetahuan sejarah, sehinggga ketika melakukan pekerjaan restorasi dia dapat memperkirakan bahwa apa yang dia bangun tidak merusak bentuk semula dari bangunan
Di inggris sempat muncul paham konservasi Arsitektur Ekklesiologis, yaitu selain merawat/mengkonservasi bangunannya juga menghidupkan/mempertahankan kegiatan/ritual yang berlangsung di dalamnya. Hal ini menimbulkan banyak pertentangan di mana saat itu gereja-gereja beraliran katolik Roma sementara Inggris adalah kerajaan yang menganut protestan. Selain itu ada perdebatan pro restorasi dan anti restorasi keduanya hanya berbeda pada masalah objek namun memiliki banyak persamaan sebagian besar peduli terhadap konservasi. Sedangkan Restorasi di Austria dan di Italia sama-sama di akomodasi oleh kerajaan/pemerintah yang berkuasa dan juga mendapat pengaruh dari gaya restorasi Violet Le Duc.
Terlepas dari perbedaan perbedaan tafsir restorasi saat itu, kegiatan konservasi yang di lakukan saat itu adalah titik awal yang melandasi kegiatan konservasi saat ini. Kegiatan konservasi penting posisinya saat ini sebagai upaya rekam jejak sejarah dan member ruang kepada generasi berikutnya untuk mengenal identitas serta sejarah yang berlaku di negerinya.
di ringkas/resume seadanya oleh Sketsa Ultra Pelangi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar