Oleh : Sketsa Ultra Pelangi
Guru menyuruh muridnya yang lain untuk menjewer muridnya hingga telinga si murid tuli. Lantaran si murid melakukan kesalahan yang tidak seberapa, yaitu tidak bisa berhitung dengan baik. Lalu beberapa sekolah dinyatakan tidak layak pakai lantaran ambruk terkena tiupan angin, dan beberapa murid bersekolah di bawah terik dan kebasahan ketika hujan. Lalu beberapa siswa yang berprestasi terancam tidak punya masa depan pendidikan karena biaya masuk perguruan tinggi tak terjangkau ekonomi keluarga.
Entahlah mau seperti apa negeri ini. Peringkat pendidikan di Indonesia di banding negara lain masih jauh tertinggal. Tidak heran jika dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis pada Kamis (29/11/07) menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Yang jelas, education development index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965).Mau tidak mau, itu mengilustrasikan bahwa kualitas pendidikan kita pun semakin dipertanyakan. Sebab, tingkat pendidikan Indonesia kian melorot. Alih-alih akan mencerdaskan kehidupan bangsa, itu hanya sebuah utopia.
Guru menyuruh muridnya yang lain untuk menjewer muridnya hingga telinga si murid tuli. Lantaran si murid melakukan kesalahan yang tidak seberapa, yaitu tidak bisa berhitung dengan baik. Lalu beberapa sekolah dinyatakan tidak layak pakai lantaran ambruk terkena tiupan angin, dan beberapa murid bersekolah di bawah terik dan kebasahan ketika hujan. Lalu beberapa siswa yang berprestasi terancam tidak punya masa depan pendidikan karena biaya masuk perguruan tinggi tak terjangkau ekonomi keluarga.
Entahlah mau seperti apa negeri ini. Peringkat pendidikan di Indonesia di banding negara lain masih jauh tertinggal. Tidak heran jika dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis pada Kamis (29/11/07) menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Yang jelas, education development index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965).Mau tidak mau, itu mengilustrasikan bahwa kualitas pendidikan kita pun semakin dipertanyakan. Sebab, tingkat pendidikan Indonesia kian melorot. Alih-alih akan mencerdaskan kehidupan bangsa, itu hanya sebuah utopia.
Ketika melihat judul saya diatas mungkin yang pernah mendengar ketiga judul film diatas langsung familiar. Benar, 3 Idiots, Laskar Pelangi, I’m Not stupid adalah tiga judul film yang mengangkat tema pendidikan di masing-masing negara. Tiga negara di Asia. India, Indonesia, dan Singapura. Tentunya di masing-masing negara karakteristik wilayah serta kebijakan sangat berpengaruh pada pendidikannya, dan ketika ada yang salah dengan sistem, kebijakan, atau pengelolaan pendidikan, maka efek paling jelas terlihat adalah pada anak-anak yang sedang atau ingin mengenyam pendidikan.
Jika melihat film 3 Idiots atau I’m Not stupid yang menggambarkan bahwa terkadang pendidikan tampak tidak humanis lagi, sehingga siswa atau mahasiswa merasa telah menjadi korban uji coba pendidikan yang tidak humanis ini. Lalu melihat pendidikan yang berpihak pada manusia itu seperti apa?. Laskar Pelangi sekalipun menggambarkan bahwa pendidikan bisa dinikmati dalam kondisi apapun tidak bisa dikatakan bahwa pendidikan disini masih berpihak pada sisi humanitas. Karena seorang anak lagi-lagi harus menjadi korban pendidikan lantaran masalah klasik, tidak ada biaya. Sampai-sampai ada orang tua di beberapa daerah miskin di Indonesia yang berpikir pendidikan itu tidak penting, yang penting banyak uang. Pemikiran demikian tidak bisa di salahkan sepenuhnya. Karena pemikiran ini jelas di picu dari potret-potret yang mereka temui seputar pendidikan. Dimana ketika jumlah pengangguran terdidik kita membludak tiap tahun, lalu menyalahkan nasib bahwa pendidikan yang telah mendesain mereka menjadi pengangguran.
Dengan demikian, kondisi ironis itu pun sangat muskil akan menyegerakan tercapainya pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa secara merata. Justru, yang terjadi adalah kemiskinan pendidikan yang mengglobal di ibu pertiwi ini akan membumi. Akibatnya, rakyat tetap buta huruf dan begitu seterusnya. Kalau seperti ini jangan muluk kita bisa menjadi bangsa maju. Yang pasti, dengan anggaran negara yang terus menerus di korupsi bahkan untuk dana pendidikan sekalipun. Jadi, apakah kondisi pendidikan kita benar-benar tidak ada harapan lagi? Jika ada yang bilang tidak, maka bisa jadi orang tersebut bagian dari korban pendidikan juga. Sehingga sebagai mahasiswa yang menyandang predikat agen perubahan, dan masih berpikir bahwa pendidikan kita masih punya harapan mencerdaskan dan mensejahterakan, tentunya buah pikiran kita yang kritis dan membangun bisa memberi angin segar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang benar-benar humanis.
Copyright Sketsa Ultra Pelangi .2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar