Teknologi
Atap Pada Hunian Kampung Naga
1 .
Atap
Atap adalah penutup atas suatu bangunan
yang melindungi bagian dalam bangunan dari hujan
maupun salju.
Bentuk atap ada yang datar dan ada yang miring, walaupun datar harus dipikirkan
untuk mengalirkan air agar bisa jatuh. Bahan untuk atap bermacam-macam, di
antaranya: genting (keramik, beton), seng bergelombang, asbes, maupun semen
cor. Adapula atap genteng metal yang sangat ringan,
tahan lama, anti karat dan tahan gempa.
Atap juga bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang
melilndungi gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik
(mikrokosmos/makrokosmos). Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang
harus dilindungi, bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya.
Di daerah tropis atapn merupakan salah
satu bagian terpenting.
1.1. Elemen atap
Gambar
: Elemen atap
2. Lokasi Kampung Naga
Kampung Naga terletak
di lembah perbukitan Salawu yang di kelilingi oleh hutan dan di lewati oleh
aliran sungan Ciwulan merupakan kearifan lokal yang dimiliki oleh Kampung ini
dari segi pemilihan letak kawasan.
Kawasan yang letaknya
berada di cekungan perbukitan Salawu dengan luas kampung 1.5 Ha dan luas
wilayah Adat 4 Ha. Dengan Elevasi
sekitar 600m dpl. Topografi area kampung berbukit cukup curam. Kepadatan tanah
relatif stabil, kondisi tanah subur (purwanto,et all.2003).
Gambar: Pola
Permukiman pada Kampung Naga yang mengelompok
|
Kampung
Naga dikeliling sekaligus dibatasi oleh batas alam, yaitu Sungai Ciwulan,
Balong- balong, lereng bukit, dan sawah. Semua bangunan memiliki bumbungan atap
yang memanjang ke arah barat-timur, dengan pintu di bagian panjang bangunan,
yaitu sisi utara-selatan sehingga secara keseluruhan orientasi atap ini membuat
kampung seolah-olah menghadap kea rah timur. Arah hadap ini merupaka usaha
untuk menghindarkan diri dari sinar matahari langsung.
Di
lereng bukit sebelah barat permukiman terdapat kompleks pemakaman yang
menempati area tersendiri, yang terdiri, yang terdiri dari makam leluhur yang
dikeramatkan, daerah makam orang dewasa dan daerah makam anak-anak. Area ini
berada diluar area kandang jaga. Didalam kandang jaga terdapat pemukiman yang
dikelilingi anyaman bamboo dua lapis. Selain itu didalam kandang jaga juga
terdapat bekas langgar yang merupakan area yang dikeramatkan. Deretan rumah
penduduk kampung naga rapat satu sama lain sehingga tercipta lorong-lorong
sempit sebagai jalur sirkulasi antar deretan rumah. Kontras dengan lorong
sempit ini, didepan masjid dan bale patemon terdapat sebuah ruang terbuka yang
cukup luas tepat berhadapan dengan pintu masuk kampung.
Ruang
terbuka ini digunakan sebagai tempat kegiatan ritual kampung dan kegiatan
lainnya seperti menjemur padi hasil panen. Area lain diluar kandang jaga adalah
area kotor, yaitu area yang berhubungan dengan air dan memiliki sifat basah.
Area ini menempati sisi timur pemukiman. Di dalamnya terdapat sawah, kumpulan
balong (tempat memelihara ikan, berupa genangan air di dalam lubang yang
digali), saung lisung (bangunan kecil yang terbuat dari kayu tanpa dinding
untuk tempat menumbuk padi, terletak diatas balong), serta jamban (tempat
membuang hajat, letaknya diatas balong).
Sebagian
lahan kampung naga mempunyai kemiringan yang cukup curam sehingga rawan
longsor. Teknologi sederhana warisan leluhur berupa sengkedan batu menjadi cara
untuk menghadapi kondisi tersebut
3. Atap pada hunian Kampung Naga
Bentuk
: Berbentuk pelana disebut suhunan
panjang atau suhunan julang ngapak. Berbentuk
sulah nyandah dengan penutup atap berupa dauneurih yaitu sebangsa ilalang, atau
daun tepus yang lalu ditutupi oleh ijuk. Memiliki tanduk,
berfungsi untuk menyalurkan air sehingga tidak merembes ke dalam para (langit-langit rumah)
berfungsi untuk menyalurkan air sehingga tidak merembes ke dalam para (langit-langit rumah)
Material dan warna : Terdiri
dari dua lapis, lapis pertama menggunkan daun alang-alang dan lapis kedua
terbuat dari ijuk/pohon aren. Bahan
ini memungkinkan pergantian udara ke dalam rumah melalui atap.
Masyarakat
Naga percaya bahwa mempergunakan atap genteng adalah tabu. Selain itu,
penggunaan ijuk jauh lebih awet daripada genteng. Ijuk bersifat ringan namun sesuai dengan fungsinya. Atap
bangunan terbuat dari dua lapis, yaitu lapis pertama berasal dari daun
alang-alang dan lapis kedua (terluar) terbuat dari ijuk/pohon aren. Lapisan ini
dapat bermanfaat dalam penyerapan hawa panas ataupun dingin, selain menyerap
asap kompor saat memasak.
Warna
yang di gunakan menggunakan
warna alam pada material atap ijuk.
Bentuk atap hunian Kampung Naga |
Atap dari jerami/alang-alang dijadikan sebagian atap bagian dalam (lapis pertama) atap |
Proses pemasangan atap (bagian
dalam berupa jerami dan bagian luar dari ijuk
|
Konstriksi pada atap kampung Naga
|
Sambungan
pada atap tidak menggunakan paku, tetapi menggunakan pengikat berupa tali rotan
untk menyambung bagian-bagian pada atap.
Teknologi
bangunan yang digunakan pada hunian Kampung Naga sangat sustainable dan green.
Jadi, Tidak harus bahwa green building itu harus hi tech dan mahal.
Buktinya, rumah-rumah adat di Kampung Naga. Ini bisa membuka mata dunia bahwa
Indonesia punya warisan bangunan hijau. Hal ini tidak lepas dari prinsip
kearifan lokal yang dimiliki oleh Kampung Naga, membuktikan bahwa kearifan
lokal masih relevan dengan kondisi kekinian.
Referensi:
Aziz,Azwan.2009.Pengaruh
Material. Universitas Indonesia
Discoverindonesia.net.
Garumpai House system of Kampung Naga. http://discoverindonesia.net/2010/04/garumpai-house-system-of-kampung-naga [27/05/2013]
Kompas.com. 2009. Kampung Naga Percontohan Sertifikasi
Arsitektur Hemat Energi. http://travel.kompas.com/read. [24/05/2010]
Kompas.com. 2009. Kampung Naga Tahan gempa hingga 10 SR. http://travel.kompas.com/read. [20/05/2013]
Redaksi
Butaru. 2009. “Kampung Naga” Masyarakat Adat yang menjaga pelestarian
lingkungan. http://bulletin.penataanruang.net [20/05/2013]
Purwanto,et
all.2003.Praktek pengelolaan sumber daya lahan dan hutan masyarakat
tradisional Kampung Naga. Jurnal Pengelolaan DAS.Vol IX: 1-19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar