Kampung,
Permukiman Tradisional, Tradisional..? Apa yang terlintas ketika kata
Tradisional ini muncul?.. Kuno? Jadul? Kampungan? Ketinggalan Jaman? .
Ya.. benar, dan itu wajar. Karena memang seperti itu kenyataannya.
Permukiman
Tradisional memang berangkat dari tradisi bermukim orang-orang dari
masa lalu yang masih ada hingga saat ini. Jadi wajarlah kalo di bilang
jadul, kan emang dari jaman dulu. ^-^a
Seiring
dengan berkembangnya zaman, muncullah Istilah Globalisasi, Modern..
Lalu ide-ide globalisasi ini cenderung mendorong ide-ide yang berasal
dari masa lalu, tradisional dan bersifat lokal untuk menyingkir, karena
dianggap tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Tidak modern. Paradigma
seperti ini sebenarnya perlu di luruskan, karena tradisional dan lokal
tidak berarti tidak dapat di rujuk.
Permukiman
Tradisional sangat akrab dengan Kearifan lokal, mayoritas Permukiman
Tradisional di Indonesia memiliki Kearifan Lokal.
Teknologi
permukiman muncul akibat adanya tantangan di lingkungan permukiman
tersebut, dan hal ini berlaku pada permukiman tradisional, dan menjadi
salah satu kearifan lokal yang dimiliki permukiman tradisional. Karena
itu tiap permukiman tradisional punya karakteristik kearifan lokal
masing-masing. Di kaitkan dengan Ide Globalisasi, sebenarnya nilai-nilai
kearifan lokal justru bersifat universal/global. Misal konsep ramah
lingkungan, hemat Energi, serta Sustainability.
(Gambar permukiman tradisional kampung naga yang konsep ramah lingkungan, hemat Energi, serta Sustainability)
Ide-ide
seperti ini masih sangat sesuai dengan konteks kekininian. Apalagi
jika konsep serta pengetahuan tersebut di adopsi dan di kreasikan dengan
konteks masa sekarang. Jadi sangat tidak beralasan jika masih
menganggap bahwa permukiman tradisional tidak sesuai dengan konteks
kekinian dan perlu di rubah/di modernkan.
Permasalahan
permukiman tradisional yang kerap di keluhkan oleh para “pembaharu”
adalah tidak ada kemauan dari komunitas tradisional untuk maju, buruknya
sanitasi, kotor, dan semacamnya. Hal ini dapat di seleseaikan tanpa
harus “memodernkan” mereka. Kita dapat menawarkan solusi pembenahan dan
perbaikan tanpa harus merombak karakteristik yang sudah ada.
Permukiman
Tradisional merupakan Aset budaya bangsa, dari sini kita dapat belajar
dari mana kita berasal, kita belajar tentang kearifan dari masa lalu,
kearifan terhadap alam, terhadap sesama, terhadap sekitar, kita juga
dapat belajar budaya yang kita punya. Berdamai dengan Kearifan lokal
bukanlah hal yang merugikan.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah (masa lalu)
Bung Karno
Sketsa Ultra Pelangi
Denpasar 23 September 2012. 2.53 PM
Sumber Gambar:
http://www.indotoplist.com/member/admi/img_detail.php?detail_id=821&jen=2
copyright sketsa ultra pelangi 23 September 2012 duniasketsa.multiply.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar