Tempo hari saya di SMS senior di jurusan saya, begini bunyinya: Sket, km bs bikinin
tulisan tentang ‘icon
(ket: Kloset ini nama minimags)
Lantas, tipa kali saya menanyai orang-orang yang saya temui saya
mengajukan pertanyaan ”Apa yang terlintas di benak anda ketika ’Kota Malang’
disebut?”
Nah bisa jadi itu pula pertanyaan yang akan saya ajukan pada, anda Banyak orang menjawab Apel, Tugu, Ijen, kolonial, pendidikan, Unibraw dan
sebagainya. Lalu kalau pertanyaan itu untuk saya?. Yang spontan terlintas adalah
AREMAnya.
Nah, berkaitan dengan itu saya pun ke Jodipan, bermodalkan sedikit informasi dari salah sesorang senior Akhwat mengenai Rute ke Jodipan, saya berangkat sendiri ke Jodipan ditemani kmera digital Pinjaman. Petualangan di mulai.
Saya naik angkot dari depan gerbang FK dengan menumpang AL, lalu berhenti di satasiun trus naik JDm kalo ga salah ingat. Truuus. saya di tanyai pak supirnya. Mbak mau turun dimana? Jodipan gang berapa?. saya pun bingung. He? turun dimana ya?
"pokoknya yg Arema-Arema gitu deh pak"
saya pun diturunkan di dpan sebuah toko yang menjual prnak-pernik klub sepakbola Aremanya. Banyak anak-anak muda di sana, lalu ada mas-mas yang berwajah sangar tipikal preman gitu, duh. saya salah mendarat ya? mana dia menatap tajam menusuk ke arah angkot yg saya tumpangi tadi,. tadinya saya bermaksud langsung nanya-nanya orang2 di toko itu tapi...emmm gimana ya. Jujur nyaliku sempat ciut juga. Akhirnya saya mencari masjid, padahal jam baru setengah satu, Ashar belum masuk, dhuhupun udah, lalu ngapain?. Ya, saya minta dikuatkan sama Allah,. Allah kan sebaik-baik pelindung. Lalu saya bertemu dgn Bapak2 di masjid itu. Saya nanya,"pak bisa kasih tahu saya,kira2 dimana saya bisa dapet sedikit cerita tentang fans Arema di Jodipan ini?," saya bertanya sehati-hati mungkin.
lalu sang bapak dengan bijaknya berkata,"Oh nanya aja ke mas Arif, mbak masuk aja ke gang ini, insya Allah beliau mau bantu mbak,"kata si bapak sambil menunjuk sebuah gang.
Saya mengangguk-angguk sopan, berterimakasih, lalu menuju gang yg dimaksud si bapak, saya mulai beraksi memotret2 tiap sudut yg beraroma AREMA. sambil celingak-celinguk nyari rumah mas Arif, dan Mas Arifnya gak ketemu, soalnya beliau sedang bepergian. Akhirnya siapapun bolehlah. saya pun menanyai salah seorang bapak yg tampaknya menjadi pengumpul kardus bekas dan sejenisnya. Sya banyak dapat cerita dari si bapak, lalu tak lupa fot2 sama si bapak. Dan tak lupa si bapak menyuruh saya ke Toko 'seram' tadi kalau untuk mendapatkan feel cerita yang lebih akurat dan valid. He?. tapi....
Akhirnya saya memarahi diri saya"jangan pengecut Sketsa, coba, mana bisa jadi Wartawan kalo segitu aja udah ciut" dan Bismillah, saya pun dengan kepedean penuh mendatangi toko tadi, awalnya foto2 bagian luar toko, lalu.. salah seorang remaja pria nyeletuk."mbak, kok fotonya dari jauh?, deket sini aja mbak,"kata si remaja pria dengan ramah (saya emang mbidiknya dari jauh sih he he he)
dan tanpa saya sadar, saya pun sudah berbaur dengan pemuda2 di toko itu, mas2 yg bertampang preman itu pun dengan ramah dan sopan mempersilahkan saya untuk memotret2 apa saja dan menanyakan apa saja,. Mereka ramah2 lho. saya jadi merasa bersalah karena sempat bersuuzon pada saudara2 yang ramah-ramah ini. saya pun jadi nyaman untuk membuat tulisan.
"kapan-kapan, maen kesini lagi juga gapapa kok mbak" kata mereka setelah saya berpamitan pulang.
hmmm. Hikmah nomor 1 dari perjalan ke Jodipaness : jangan liat orang dari penampilan luarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar