KONTEN
Resume History of Architectural Conservation – Juka Jokilehto Chapter 6 Stylistic Restoration
Prinsip restorasi/perbaikan dan praktiknya di prancis
Konsep Gaya Restorasi
Konservasi vs Restorasi Inggris
Pelestarian dan restorasi di Austria
Gaya Restorasi di Italia
Ulasan singkat Chapter 6 Stylistic Restoration
Lampiran Terjemahan History of Architectural Conservation – Juka Jokilehto Chapter 6 Stylistic Restoration
Resume History of Architectural Conservation – Juka Jokilehto
Chapter 6 Stylistic Restoration
Gaya restorasi
Prinsip restorasi/perbaikan dan praktiknya di prancis
Pada
awal abad ke-19 para arsitek membangun tanpa peduli terhadap arsitektur
abad pertengahan dan tekniknya. Kasus ini terjadi pada Gereja Abbey
Saint Denis menunjukkan bahwa bangunan ini cukup berisiko. Gereja
tersebut beroperasi sejak 1805 dan sempat di perbaiki dan di rubah namun
tanpa mengerti strukturnya. Pada Juni 1837 di pasang pencahayaan pada
puncak menara timur dan barat, dalam proses perbaikannya di percayakan
kepada Francois Debret (1977-1805). Tujuannya memperbaiki bagian yang
rusak, malah di putuskan untuk menghancurkan puncak dan menara hingga
pintu depan. Tanpa survey yang hati-hati, hal ini menyebabkan kerusakan
pada bagian bawah, lalu dia membangun tower baru yang berat. Kerusakan
baru kemudian muncul, dan di perbaiki dengan semen dan besi. Tapi
situasi malah memburuk.
Kemudian prinsip-prinsip restorasi mulai
dikembangkan dari konsep pada tahun 1830-an dengan intervensi
konservator yang jumlahnya sedikit berdasarkan studi arkeologi yang
penuh kehati-hatian, untuk 'restorasi lengkap' yang nan lebih drastis
yangterjadi pada pertengahan abad. Prinsip-prinsip awal dirangkum oleh
Adolphe Napoleon Didron (1806-1867), arkeolog, pelukis kaca, dan pendiri
Les Annales Archeologiques pada tahun 1844, serta sebagai salah satu
kritikus terkemuka restorasi di Perancis pada 1840-an.
Restorasi
pada jaman itu banyak mengalami perbedaan tafsir diantara para arsitek
dan konservator, hal ini disebabkan perbedaan cara pandang terhadap ide
konservasi. Salah satu Konservator yang idenya di terima dan kosepnya
terhadap restorasi di gunakan saat itu adalah Viollet-le-Duc adalah
seorang juru gambar yang handal, dan bekerja sebagai arsitek desain
bangunan baru, sebaik furnitur dan interior, termasuk desain kereta
kerajaan. Proyek restorasi utamanya termasuk katedral-katedral di Paris,
Amiens, Reims dan Clermont-Ferrand, gereja-gereja Saint-Just di
Narbonne, La Madeleine di Vezelay, Saint-Pere-sous-Vezelay, Beaune,
Saint-Denis, Saint-Semin of Toulouse and Eu, sebaik membangun benteng
kota Carcassonne, Tembok Synodal di Sens, kastil Coucy, kastil
Pierrefonds, dan benteng Avignon. Disamping itu, dia dilibatkan dalam
banyak rencana lain di Perancis, Belgia, Belanda dan Switzerland.
Pengaruh langsung atau tidak langsungnya dirasakan seluruh Eropa dan
bahkan benua lainnya, dan dia menjadi symbol nyata dari pergerakan
restorasi.
-. Vezelay
LaMadeleine of Vezelay, sebelah tenggara
Paris, dimasukkan dalam daftar Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1979
sebagai salah satu situs Perancis dan itu menjaga tempat penting dalam
sejarah arsitektur Perancis. Bagian tengah gereja adalah sebuah contoh
mengagumkan dari tradisi gaya arsitektur Roma.
-. Notre Dame
Katedral
Notre-Dame, didirikan pada abad kedua belas, telah melalui banyak
transformasi. Karena pada abad ke-18 bangunan ini cukup banyak
menderita, selain usia juga karena aksi vandalism, banyak
patung-paatungnya di rusak dan di jual. Kemudian Viollet-le-Duc, Lassus,
dan di bantu konservator lainnya, melakukan restorasi terhadap
Notredame.
-. Carcassonne
The Cité Carcassonne, sebuah benteng
asal Romawi, telah secara substansial dimodifikasi pada abad ketiga
belas, dan tidak pernah mengalami penaklukkan sejak saat itu. Telah
bertahan dengan fungsi militernya sampai Revolusi Perancis, namun, pada
awal abad kesembilan belas, dimana Status militer telah dihapus, dan
batu yang secara bertahap dihapus sebagai bagian bahan bangunan. Bagian
atas benteng kemudian hilang. Kemudian di retorasi kembali pada tahun
1855 dengan mengembalikan bagian-bagian bangunan yang hilang.
Konsep Gaya Restorasi
Hingga tahun 1840 an sebuah debat berlanjut pada prinsip-prinsip restorasi.
Bourasse
mengacu kepada dua baris pemikiran mengenai pertanyaan: kelompok yang
pertama ingin mempertahankan sisa-sisa yang ada (tradisional) meskipun
terpotong-potong, sedangkan kelompok yang kedua memilih untuk terus maju
dengan melakukan restorasi (pembaharuan) dengan hati-hati (sangat
teliti). Kelompok pertama mempertimbangkan bangunan bersejarah sebagai
saksi, dan bukti dokumentasi yang mereka butuhkan untuk dilestarikan
secara utuh dan otentik tanpa pemalsuan.
Pendukung dari pendapat
lainnya, yang bertentangan, tidak hanya mempertimbangkan
bangunan-bangunan lama sebagai monumen bersejarah, tetapi juga mengambil
fakta sebagai pertimbangan bahwa bangunan-bangunan ini masih
mempertahankan kultus dan upacara yang sama.
Bourasse dengan jelas
memihak kepada kelompok “pejuang” kedua ini, dan secara khusus
mengemukakan pertanyaan tentang kontinuitas nilai tradisional. Dia
setuju bahwa monumen Roma kuno, yang mana adalah bagian dari peradaban
terdahulu dari sejarah- harus dipelihara dalam masa kini sebagai dokumen
atau sebagai bagian dari dokumen.
Bourasse mempertimbangakan
bahwa monumen “hidup” dapat juga menjadi pencapaian penting dari
seseorang sebagai seni pekerjaan dan arsitektur, dan ditangani oleh para
professional terampil yang mana telah mampu untuk menjamin kualitas
kerja yang diperlukan. Beliau mengacu pada restorasi cathedral yang
sedang berlangsung di kampung halamannya. Perjalanan, dimana arsitek,
C-V Guerin (1815-1881) telah meletakkan bagian asli dari ornamen kedalam
musium lokal.
Istilah restorasi dan hal itu sendiri adalah bersifat
modern. Untuk memperbaharui dengan tidak mempertahankannya, untuk
memperbaiki atau untuk membangun ulang ; ini untuk mengembalikannya lagi
dalam kondisi lengkap dimana mungkin tidak akan pernah ada lagi pada
waktu tertentu (yang akan datang).
Menurut Violet le duc, bahwa
seorang restorator tidak hanya mengerti aristektur tapi juga punye
pengetahuan sejarah, sehinggga ketika melakukan pekerjaan restorasi dia
dapat memperkirakan bahwa apa yang dia bangun tidak merusak bentuk
semula dari bangunan.
Konservasi vs Restorasi Inggris
Perlindungan
terhadap bangunan bersejarah di Inggris dahulu dilakukan berdasarkan
usaha perseorangan. Bahkan abad ke 20, usaha signifikan untuk memelihara
dan memeperbaiki Chatedral terbaik di kota telah dilakukan berdasarkan
substansial pendanaan swasta.
Tahun 1877 Inggris melakukan
pelestarian melalui pendekatan lembaga untuk melindungi bangunan kuno.
Berbagai komunitas pecinta benda bersejarah bermunculan Seperti grup
georgian, masyarakat victoria, dewan untuk Arkeologi Inggris, dan
sebagainya. Di waktu yang sama, ada percobaan untuk membentuk institusi
resmi untuk melindungi bangunan bersejarah seperti sistem yang berlaku
prancis.
Di tahun 1841, John Britton, yang telah mendaftarkan
nama-nama bangunan bersejarah di London, dihubungi Joseph Hume
(1777-1855), seorang anggota parlemen, untuk menjadi komisi penyelidik
di The House of Commons. Di tahun yang sama, Sir George Gilbert Scott
diusulkan pendirian Komisi Antiquarian untuk membantu dalam pengawasan
restorasi. Dari periode tahun 1840an sampai 1860an ditandai oleh
meningkatnya praktek restorasi, maupun perdebatan hebat pada
prinsip-prinsip perawatan struktur bersejarah. Peran penting dalam
perdebatan ini dimainkan oleh the Cambridge-Camden Society yang
didirikan oleh dua lulusan Cambridge, John Mason Neale (1818-69) dan
Benjamin Webb (1819-85) di tahun 1839.50 Bermaksud mempromosikan ritual
katolik, bangunan gereja yang tepat, dan banyak mengetahui restorasi.
Banyak arsitek menjadi salah satu anggota atau terpengaruh oleh lembaga
misalnya Rickman, Salvin, Cockerell, Street, Butterfield dan Scott.
Prinsip-prinsip tersebut diluncurkan dalam “The Ecclesiologist”,
dipublikasikan pertama kaali di tahun 1841, dan banyak publikasi
dilakukan oleh anggota. Polemic kemudian muncul ; masyarakat dituduh
melakukan konspirasi untuk mengembalikan ajaran roma katolik. Itu
dibubarkan dan didirikan kembali sebagai Masyarakat Ecclesioligical
tahun 1845. Salah satu kunci dari objektivitas masyarakat yaitu untuk
memulihkan kembali gereja orang-orang Inggris untuk mencapai kejayaanya
lagi, yang terbaik adalah gaya murni.
-. Arsitek Ekklesiologis
Salah
satu arsitek favorit Ecclesiological yaitu Anthony Salvin (1799-1881),
anggota The Society of Antuquaries dan Oxford Archirectural dan
Historical Society. Dia memiliki tempat praktik yang luas, bekerja pada
cathedrals of Norwich, Durham dan Well, dan juga pada banyak gereja.
John
Loughborough (1817-96) dilatih oleh Ignatius Bonomi dan Salvin, yang
memeperkenalkan dia kepada Ecclesiological principle. Dia banyak
mengkoordinir praktisi bangunan dan restorasi gereja, berhadapan dengan
lebih dari ratusan gereja parish dan beberapa cathedral. Pada tahun 1870
dia mendapat nominasi Surveyor of Lincoln Cathedral, dan pada tahun
1879 penerus untuk Scott di Westminster Abbey, banyak dikritik oleh
William Morris. Favorit lain Camdenians yaitu William Butterfield
(1814-1900); ia memperkenalkan interpretasi, individu istimewa
arsitektur gothic dan polychromy kuat yang disukai.
Selama tahun
1840an muncul perdebatan baru di Inggris mengenai prinsip-prinsip
konservasi dan restorasi bangunan-bangunan bersejarah, dan khususnya
gereja-gereja abad pertengahan. Perdebatan membagi masyarakat ke dalam
dua kelompok yang saling bertentangan, pelaku restorasi dan anti
restorasi, dan secara berangsur-angsur memimpin untuk mengklarifikasi
prinsip dari konservasi. Melihat perdebatan dari sudut pandang umum,
kedua belah pihak tampaknya memiliki banyak kesamaan; perbedaan dasar
yaitu pada definisi objek. Pelaku restorasi yang sebagian besar peduli
terhadap konservasi dan jika perlu, terlabih dahulu merekonstruksi
bentuk arsitektur, pada saat yang sama menekankan pada aspek praktikal
dan fungsional. Anti-restorasi, sebaliknya, sadar waktu bersejarah
bersikeras bahwa setiap objek atau konstruksi termasuk spesifik historic
dan konteks kultural, dan sangat tidak mungkin untuk menciptakan
kembali dengan arti yang sama diperiode yang berbeda.
-. George Gilbert Scott
Salah
satu protagonis utama dalam mengkuti debat restorasi yaitu Sir George
Gilbert Scott (1811-78), Victorian Architect paling berhasil dalam
praktik besar restorasi gereja. Scott mendedikasikan seluruh hidupnya
untuk pekerjaannya. Sebagian besar karyanya berurusan dengan bangunan
bersejarah. Scott mempertahankan bahwa jika gereja-gereja dapat
ditunjukkan hanya sebagai dokumen yang jelas/fakta dari arsitektur kuno;
seperti puing/reruntuhan antik, mereka sebaiknya secara jelas di
tunjukkan di bangunan masa kini- bagaimanapun levelnya. Namun,
mempertimbangkan kebutuhan penggunaan gedung untuk tujuan yang sesuai.
Pelestarian dan restorasi di Austria
Kebijakan
awal untuk perlindungan benda budaya di Austria di tujukan dan di
fokuskan pada benda yang dapat di pindah-pindahkan. Bermula saat
kepemimpinan Maria Theresa yang mengoleksi dan menjaga dokumen arsip
pada 12 agustus 1749, di tahun yang sama arsip di kumpulkan. Selama awal
dan pertengahan abad ke-19 mendapat pengaruh dari Itali, Inggris,
Prancis, dan Prusia. Hal ini meningkatkan perhatian terhadap
perlindungan benda-benda antic dan bangunan bersejarah. Di akhir abad
ke-19 muncul semangat patriotism yang menyemangati masyarakat untuk
menemukan dan mempromosikan budayanya.
Sesuai dengan itu pada 31
Desember 1850, kerajaan menandatangani usulan untuk menetapkan Komisi
pusat untuk Penelitian dan konservasi bangunan bersejarah. Di bawah
arahan Karl Freiherr Czoernig Von Czernhausen (1804-89). Pada tahun
1873, komisi itu diperbesar untuk mencakup semua 'monumen artistik dan
bersejarah' dari zaman prasejarah dan kuno sampai akhir abad kedelapan
belas. Komisi pusat bekerja atas dasar sukarela, melainkan
mengkoordinasikan kegiatan konservator kehormatan ditunjuk ke berbagai
bagian kekaisaran, dan WAA didorong untuk mencari dukungan dari semua
sumber daya pribadi yang tersedia, termasuk masyarakat.
Menurut
instruksi (1853) tugas komisi pusat termasuk persediaan, dokumentasi,
perlindungan hukum, dan aproval proyek restorasi bangunan bersejarah.
Definisi hukum 'baudenkmal' (bangunan bersejarah, monumen) adalah
bangunan atau struktur tetap sebelumnya yang memiliki nilai tentang
kenangan historis atau memiliki nilai artistik dan yang tidak dapat
dihapus dari situsnya tanpa kerusakan. Monumen seperti itu harus
dilindungi terhadap resiko pembusukan atau perusakan, dan komisi itu
harus berkonsultasi untuk setiap perubahan atau transformasi dalam
pengaturan.
Arsitek restorasi utama yang sangat dipengaruhi
kebangkitan gothic dan praktek restorasi di Kekaisaran Austria, adalah
Friedrich von Schmidt (1825-1891). dia bekerja pada cologne Cathedral
dari 1843. Diajarkan di akademisi dari milan (1857-1859), dan dipulihkan
S Ambrogio di milan, dan San Donato di Murano. ia mempersiapkan proyek
Untuk S Giacomo Maggiore di Vicenza, dan untuk 'gothicization' dari
Milan Cathedral. Pada 1863, ia dinominasikan surveyor ke St Stephan Dom
di Wina, melakukan restorasi panjang yang dimulai dengan membangun
kembali menara. Sejumlah besar bangunan bersejarah di seluruh bagian
negara itu dikembalikan oleh dia, termasuk Karlstein Castle (1870),
Zagreb Cathedral (1875), Klosterneuburg, serta St Veit Katedral di
Praha.
Dalam periode romantisme dan Historismus, restorasi sebagian
besar banyak terinspirasi oleh contoh Scott dan Violet-Le-duc. Pada saat
yang sama, penelitian dan dokumentasi berlanjut, dan pengetahuan
arsitektur bersejarah meningkat dalam periode ini.
Gaya Restorasi di Italia
Beberapa
perintah telah didirikan untuk melindungi bangunan abad pertengahan
sejak abad kelima belas. Namun pada abad ke-19 ada tren mengubah
bangunan lama menjadi bangunan baru. Dengan kedatangan kebangkitan
Gothic, ini sikap ini secara bertahap berubah.
Pada 1823, Basilika
Cristian di san paolo rusak parah dalam api. Proposal untuk rekonstruksi
disusun oleh Valadier yang tidak mendukung membangun replika, lalu di
putuskan untuk memperbaiki bagian bangunan yang terbakar saja. Di antara
restorasi pertama bangunan abad pertengahan, adalah balai kota cremona,
dimana sebelumnya telah dimodifikasi dalam gaya klasik. Tahun 1848-50,
yang curch san pietro di Trento memiliki tampilan Gothic baru yang
dirancang oleh Pietro Selvatico Estense (1803-1880), eksponen penting
pertama dari kebangkitan gothic di Italy.
Salah satu pesaing utama di
florence Italia adalah Giuseppe Domenico Partini (1842-1895), Dari 1865
sampai kematiannya, dia bekerja di Katedral f Siena, memperbarui dan
memulihkan hampir semua bagian utama dari Bangunan, Termasuk patung
Giovanni Pisano di depan barat dan lantai mosaik.
Restorasi
membangkitkan beberapa kebingungan bahkan di antara para pendukungnya,
yang mengeluh bahwa meskipun model kuno selalu memiliki semua detail dan
dapat direproduksi, fasad akan tampak sangat berbeda dari apa yang
telah terjadi sebelumnya (Rubini, 1879, Buscioni, 1981:44). Semua
penambahan di interior Baroque dekaden telah dihapus (seperti yang telah
dilakukan di katedral florence, Pisa dan Arezzo) Dalam rangka untuk
mengembalikannya ke 'keindahan aslinya' (buscioni. 1981:45) Ketika
memulihkan bangunan Romawi Partini menganggap 'mereka ketuaan '. Dan
memperlakukan mereka dengan cara yang parah. Ketika berhadapan dengan
bangunan gothic sebaliknya, ia leet semangat kreatif nya berjalan bebas,
seperti di Siena Cathedral. Antusiasme untuk pengerjaan membuatnya
menghiasi bangunan dengan lukisan dinding, mosaik, karya logam, dll
kritikus modern telah menekankan betapa masa lalu dan sekarang yang
dipahami sebagai satu realitas yang sama dalam karyanya, dan ia bekerja
'di atas waktu historis dalam semacam identitas metode '(Buscioni,
1981:9).
Ulasan singkat dari Chapter 6 Stylistic restoration
Restorasi
bermula pada abad 19 yang pada awalnya di lakukan tanpa mempehatikan
detail arsitektur pada abad pertengahan. Sehingga dalam praktiknya
Restorasi banyak menimbulkan perdebatan pendapat di kalangan
konservator. Sejauh mana dan sebatas mana kegiatan restorasi di lakukan?
Restorasi
di Perancis di mulai oleh kelompok-kelompok minoritas yang mempunyai
kepedulian terhadap keberlangsungan cagar budaya setempat begtupula di
Inggris. Sekalipun saat itu ada perbedaan tafsir tentang restorasi,
namun pendapat dan upaya restorasi yang banyak di terima serta di pakai
saat itu adalah Violet Le Duc. Pengaruh langsung atau tidak langsungnya
dirasakan seluruh Eropa dan bahkan benua lainnya, dan dia menjadi
symbol nyata dari pergerakan restorasi. Menurut Violet le duc, bahwa
seorang restorator tidak hanya mengerti aristektur tapi juga punye
pengetahuan sejarah, sehinggga ketika melakukan pekerjaan restorasi dia
dapat memperkirakan bahwa apa yang dia bangun tidak merusak bentuk
semula dari bangunan
Di inggris sempat muncul paham konservasi
Arsitektur Ekklesiologis, yaitu selain merawat/mengkonservasi
bangunannya juga menghidupkan/mempertahankan kegiatan/ritual yang
berlangsung di dalamnya. Hal ini menimbulkan banyak pertentangan di mana
saat itu gereja-gereja beraliran katolik Roma sementara Inggris adalah
kerajaan yang menganut protestan. Selain itu ada perdebatan pro
restorasi dan anti restorasi keduanya hanya berbeda pada masalah objek
namun memiliki banyak persamaan sebagian besar peduli terhadap
konservasi. Sedangkan Restorasi di Austria dan di Italia sama-sama di
akomodasi oleh kerajaan/pemerintah yang berkuasa dan juga mendapat
pengaruh dari gaya restorasi Violet Le Duc.
Terlepas dari perbedaan
perbedaan tafsir restorasi saat itu, kegiatan konservasi yang di lakukan
saat itu adalah titik awal yang melandasi kegiatan konservasi saat ini.
Kegiatan konservasi penting posisinya saat ini sebagai upaya rekam
jejak sejarah dan member ruang kepada generasi berikutnya untuk mengenal
identitas serta sejarah yang berlaku di negerinya.
di ringkas/resume seadanya oleh Sketsa Ultra Pelangi