Apa arti saudara bagi antum?
Suatu hari ada akhwat yang sudah saling akrab saling bercakap, akhwat Yunior pada akhwat seniornya.
"Mbak, ketika ane menyebut kata saudara seaqidah, spontan di benak antum apa?" tanya sang Akhwat Yunior dengan penuh harap.
Sang akhwat senior menjawab santai," Ukhty X, Y, dan Z" Sedangkan si Akhwat Yunior yg W tdk masuk dalam hitungan.
Si Akhwat Yunior memang agak kecewa dgn jawaban itu, dia melanjutkan pertanyaannya,"Kenapa?"
"karena kami seangkatan"
Si akhwat Yunior menyembunyikan sedihnya, karena dia notabene akhwat yg angkatannya di bawah sang Akhwat senior,lantas dia berani bertanya lagi sesbelum terlalu jauh menyimpulkan"Kalo ane?"
Si Akhwat Senior menggeleng inocent,"gak termasuk, he he he maaf ya" kata si AKhwat senior tanpa sedikitpun bermaksud menyinggung
mereka berdua memang sudah akrab, mungkin si Akhwat Senior bermaksud tidak serius alias bercanda, tp si Akhwat yunior yg polos nan lugu sudah terlanjur sentimentil. Dia merasa sendiri. Karena di angkatannya hanya dia sendirian yg terkader di tengah kerumunann akhwat2 senior.
Akhwatfillah Rahimakumullah, sang Akhwat Yunior ini sedang mengalami masalah yg namanya krisis Ukhuwahtisme (istilah yg saya pakai untuk menggambarkan perasaan tidak menikmati Ukhuwah). Lantaran dia satu2nya kader akhwat di angkatannya, akan labil dalam pemahaman dakwah jika tidak ada suport dari rekan2 akhwat seaktivis. yang kemudian malah mendapat jawaban kurang bijaksana mengenai masalah ini terlontar dari akhwat senior yg seharusnya menjadi periayah.
Ada dua spekulasi mengenai akhwat Yunior ini dengan masalahnya:
1. Optimis, makin semangat dan militan.
2. Kecewa, Futur, dan akhirnya gugur
Spekulasi yg pertama, jika dalam proses pembelajarannya, si Akhwat Yunior ini faham akan prinsip dia tidak pernah sendiri, inallaha ma ana (Allah Bersama saya). Sehingga membuatnya terus bertahan sampai akhir, semuanya di lakukan untuk mardhotillah (mengharap ridha Allah) karena sendiri, dia makin militan, karena sendiri, dia makin kuat, karena sendiri, dia makin produktif dan kreatif dalam meningkatkan kapabilitasnya sebagai mujahidah dakwah. Karena sendiri, jam terbangnya makin padat dan tidak sempat untuk berpesimis-pesimis diri.
Spekulasi yg kedua, jika kesendiriannya sebagai kader akhwat di angkatannya membuatnya tidak percaya diri di tengah2 Akhwat2 Senior yg terlihat Cling-Cling dalam agenda2 dakwah(padahal kan belum tentu), karena sendiri dan ditambah dengan statemen kurang bijaksana dari senior yang tidak bijaksana (karena tidak pandai memposisikan diri sebagai senior), dia makin terpuruk dalam krisis Ukhuwahtismenya, Berpikir, Ukhuwah bukan untuk dirinya, tapi hanya untuk segelintir akhwat, senior2 akhwat yg bersikap tidak adil dalam ukhuwah dakwah membuatnya kian pesimis bahkan mungkin sinis pada dakwah (Naudzubillah), kecewa pada seniornya yag manusia biasa itu, kecewa pada keadaan, sendiri, lalu futur ( domba yg sendiri akan gampang di terkam serigala) dan akhirnya gugurlah satu kader.
Ikhwatifillah
Jangan biarkan saudaramu sendirian dan merasa sendiri, Antum mengerti kan akan Urgensi UKhuwah?
salah satunya "yang sendiri itu bersama syetan", tegakah antum membiarkan saudara natum bersama... syetan?
Jika antum melalaikan saudara antum karena ketidakbijakssanaan antum sebagai saudaranya, maka ketika spekulasi kedua di atas terjadi pada saudara antum, itu bisa jadi salah antum, akan ada pertanggung jawabannya di hari akhir.
Lalu kadang saya tersenyum kecut ketika ada seorang ikhwah yg mengomentari saudaranya yg telah futur dan gugur (Misalnya karena VMJ, CInta Dunia, etc_red) dengan komentar yg terkesan menyalahkan si Fulan/Fulanah yg Futur, seharusnya kita mengintropeksi diri kita, sudah sejauh mana kita memenuhi hak-hak saudara kita?.
wallahu a'lam
Suatu hari ada akhwat yang sudah saling akrab saling bercakap, akhwat Yunior pada akhwat seniornya.
"Mbak, ketika ane menyebut kata saudara seaqidah, spontan di benak antum apa?" tanya sang Akhwat Yunior dengan penuh harap.
Sang akhwat senior menjawab santai," Ukhty X, Y, dan Z" Sedangkan si Akhwat Yunior yg W tdk masuk dalam hitungan.
Si Akhwat Yunior memang agak kecewa dgn jawaban itu, dia melanjutkan pertanyaannya,"Kenapa?"
"karena kami seangkatan"
Si akhwat Yunior menyembunyikan sedihnya, karena dia notabene akhwat yg angkatannya di bawah sang Akhwat senior,lantas dia berani bertanya lagi sesbelum terlalu jauh menyimpulkan"Kalo ane?"
Si Akhwat Senior menggeleng inocent,"gak termasuk, he he he maaf ya" kata si AKhwat senior tanpa sedikitpun bermaksud menyinggung
mereka berdua memang sudah akrab, mungkin si Akhwat Senior bermaksud tidak serius alias bercanda, tp si Akhwat yunior yg polos nan lugu sudah terlanjur sentimentil. Dia merasa sendiri. Karena di angkatannya hanya dia sendirian yg terkader di tengah kerumunann akhwat2 senior.
Akhwatfillah Rahimakumullah, sang Akhwat Yunior ini sedang mengalami masalah yg namanya krisis Ukhuwahtisme (istilah yg saya pakai untuk menggambarkan perasaan tidak menikmati Ukhuwah). Lantaran dia satu2nya kader akhwat di angkatannya, akan labil dalam pemahaman dakwah jika tidak ada suport dari rekan2 akhwat seaktivis. yang kemudian malah mendapat jawaban kurang bijaksana mengenai masalah ini terlontar dari akhwat senior yg seharusnya menjadi periayah.
Ada dua spekulasi mengenai akhwat Yunior ini dengan masalahnya:
1. Optimis, makin semangat dan militan.
2. Kecewa, Futur, dan akhirnya gugur
Spekulasi yg pertama, jika dalam proses pembelajarannya, si Akhwat Yunior ini faham akan prinsip dia tidak pernah sendiri, inallaha ma ana (Allah Bersama saya). Sehingga membuatnya terus bertahan sampai akhir, semuanya di lakukan untuk mardhotillah (mengharap ridha Allah) karena sendiri, dia makin militan, karena sendiri, dia makin kuat, karena sendiri, dia makin produktif dan kreatif dalam meningkatkan kapabilitasnya sebagai mujahidah dakwah. Karena sendiri, jam terbangnya makin padat dan tidak sempat untuk berpesimis-pesimis diri.
Spekulasi yg kedua, jika kesendiriannya sebagai kader akhwat di angkatannya membuatnya tidak percaya diri di tengah2 Akhwat2 Senior yg terlihat Cling-Cling dalam agenda2 dakwah(padahal kan belum tentu), karena sendiri dan ditambah dengan statemen kurang bijaksana dari senior yang tidak bijaksana (karena tidak pandai memposisikan diri sebagai senior), dia makin terpuruk dalam krisis Ukhuwahtismenya, Berpikir, Ukhuwah bukan untuk dirinya, tapi hanya untuk segelintir akhwat, senior2 akhwat yg bersikap tidak adil dalam ukhuwah dakwah membuatnya kian pesimis bahkan mungkin sinis pada dakwah (Naudzubillah), kecewa pada seniornya yag manusia biasa itu, kecewa pada keadaan, sendiri, lalu futur ( domba yg sendiri akan gampang di terkam serigala) dan akhirnya gugurlah satu kader.
Ikhwatifillah
Jangan biarkan saudaramu sendirian dan merasa sendiri, Antum mengerti kan akan Urgensi UKhuwah?
salah satunya "yang sendiri itu bersama syetan", tegakah antum membiarkan saudara natum bersama... syetan?
Jika antum melalaikan saudara antum karena ketidakbijakssanaan antum sebagai saudaranya, maka ketika spekulasi kedua di atas terjadi pada saudara antum, itu bisa jadi salah antum, akan ada pertanggung jawabannya di hari akhir.
Lalu kadang saya tersenyum kecut ketika ada seorang ikhwah yg mengomentari saudaranya yg telah futur dan gugur (Misalnya karena VMJ, CInta Dunia, etc_red) dengan komentar yg terkesan menyalahkan si Fulan/Fulanah yg Futur, seharusnya kita mengintropeksi diri kita, sudah sejauh mana kita memenuhi hak-hak saudara kita?.
wallahu a'lam
Ketika kesendirian itu membuat kita makin bijaksana atau sama sekali tidak.
sketsa
sketsa
1 komentar:
Spakat banget non!
Posting Komentar