"Pelestarian
merupakan proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang ada
terpelihara dengan baik sesuai situasi dan kondisi setempat"
(The Burra Charter, 1981)
Bicara
soal pelestarian, saya jadi teringat opini temen yang menganggap bahwa
arsitektur nusantara itu senantiasa berkembang dan berubah jadi tidak relevan
jika kita melarang mereka untuk merubah atau memodifikasi huniannya, tidak adil
jika dunia berubah sementara mereka tetap stag
okay..
waktu
itu saya diam mencerna tidak berusaha mendebat karena opini itu tdak sepenuhnya
salah. Namun dalam konteks pelestarian, ada pengecualian. Hunian yang
mempertahankan arsitektur lokalnya kenapa harus kita paksa dan biarkan berubah
sementara mereka susah payah mempertahankan diri dari ekspansi modernisasi yang
hedonistik. Ini untuk kasus perkampungan yang masih mempertahankan arsitektur
lokalnya seperti Kampung Naga di tasikmalaya, Kampung tradisional di Tana
Toraja, Kampung Dukuh, dan banyak lagi kampung tradisional yang memilih untuk
bertahan di tengah arus perubahan sementara kampung-kampung lain memilih untuk
ikut perubahan. Kampung-kampung yang berjuang dan bertahan ini wajib hukumnya
untuk di dukung penuh, bukannya justru menawari mereka untuk berubah dan
meninggalkan tradisi. Masyarakat kampung ini menganggap bahwa bertahan bukan
sekedar tradisi atau budaya tapi semacam aktivitas suci, dan kita sebagai orang
luar (kerap kali) sok tahu dan sok benar menganggap mereka sebagai kaum
terbelakang yang butuh sentuhan pembangunan. Padahal yang mereka butuhkan
adalah dukungan agar tradisi mereka tetap lestari bukannya malah membuat mereka
murtad (red: meninggalkan tradisi).
Salah satu permukiman tradisional di Tana Toraja (Source Image : Inilah.com) |
Lalu
bagaimana dengan masyarakat yang ingin berubah tanpa di stimulus pihak luar ?
maka
saatnya peran kita di perlukan disini, mereka perlu di edukasi tentang urgensi
pelestarian, jika edukasi ini tidak bisa menyentuh mereka tentang urgensi
melestarikan, setidaknya mereka masih mempertahankan konsep ataupun prinsip
tradisi huniannya, jadi meskipun material fisik berubah namun konsep masih di
pertahankan. Sedikit maksa ya ? haha ya namanya kebijakan perlu dipaksa, kalo
tidak dipaksa aplikasinya tidak bisa berjalan.
Apa saja manfaat pelestarian? Ada beberapa manfaat
pelestarian menurut Budiharjo :
- Memperkaya pengalaman visual
- Memberi suasana permanen yang menyegarkan
- Memberi keamanan psikologis
- Mewariskan arsitektur
Dari manfaat tersebut bisa kita bayangkan jika arsitektur
lokal yang nusantara miliki ini dibiarkan hilang berubah bentuk (seperti
operasi plastik gitu), maka kita akan kehilangan jejak (pangling)
peradaban, kehilangan bukti fisik bahwa masyarakat kita pernah punya peradaban
arsitektur yang mengagumkan, generasi selanjutnya cuma bisa menikmati lewat
foto saja itupun kalo sempat di dokumentasikan, kalau tidak, ya bye bye
dah. Jadi mirip cerita sebuah bangsa yang gemar berkisah tentang betapa
hebatnya mereka di masa lampau, tapi minim bukti fisik sehingga terdengar lebih
mirip fiksi.
Kota yang baik adalah kota yang memiliki
keberlanjutan tahapan pembangunan, dengan keberlanjutan tahapan tersebut,
sejarah pembentukan kota dapat dinikmati. Tahapan keberlanjutan tersebut pada
dasarnya berupa kawasan-kawasan bersejarah yang pembentukannya cenderung berurutan,
yang selanjutnya menjadikan kota sebagai lintasan cerita yang dapat dilihat dan
dirasakan berupa arsitektur kota (urban
architecture). Jadi kampung-kampung dengan arsitektur lokal tidak perlu di
paksa berubah, tapi di fasilitasi dan di dukung untuk lestari.
Tulisan ini bukan berarti saya anti dengan pembangunan, tidak sama sekali. Pembangunan kan tidak melulu soal perubahan fisik, pembangunan bisa dengan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pelestarian, memfasilitasi dan mendukung mereka dalam upaya melestarikan baik dalam bentuk program maupun materi.
Makanya
saya kurang setuju dengan gencar-gencarnya promosi wisata terhadap
kampung-kampung etnik tradisional tanpa mempersiapkan mereka terlebih dahulu,
pembangunan besar-besaran yang tidak terkonsep menuju kampung. Alih-alih
promosi wisata, malah mengikis kearifan lokal yang mereka miliki. Wallahu
Alam
Salam
pelestarian !
celoteh
Sketsa 8 juni 2014
1 komentar:
Ninggalin jejak dan naskah :D
Posting Komentar