Setiap orang punya
kesibukan. Dan setiap kesibukan memiliki niat dan tujuan. Sebenarnya Apa sih
niat dan tujuan kesibukan kita?
Diakui atau tidak
kesibukan kerap menjadi Excuse. Excuse untuk lalai pada ibadah, lalai
pada perbaikan diri, tidak menghubungi saudara, untuk tidak di ganggu, bahkan
untuk mengabaikan janji.
Kita
sibuk untuk apa sih? Buat siapa? Dan kenapa?
Bahkan orang penting
yang semua orang tahu dia sibuk tak pernah mengatakan “sorry Im buzy” mereka
senantiasa low profile. Orang besar memang tidak akan gampang mengumbar ataupun
menyobongkan aktivitasnya, sesibuk apapun mereka. Mereka tetap rendah hati
mengakui apa yang mereka lakukan bukan apa-apa dan belum seberapa. Lihat orang
– orang besar itu, BJ Habibie Mantan Preisden RI yang kini sibuk menjadi
pembicara di berbagai seminar misalnya, atau Bapak Yusuf Kalla mantan wakil
presiden Indonesia yang wara wiri dengan kegiatan sosialnya di Palang merah dan
sebagai Ketua dewan masjid tidak pernah lupa membalas mention twitter para
followersnya. Lalu kita siapa?
Ketika kesibukan ini
mengurangi bahkan menghilangkan sensitifitas kita, sensitifitas sebagai manusia
sosial, sebagai hamba, sebagai anak, sebagai pasangan, sebagai orang tua, dan
sebagainya, berarti ada yang salah dengan cara kita memaknai kesibukan. Kalau
kesibukkan itu semata-mata untuk diri sendiri, alangkah miskinnya makna
kesibukan ini. Maka tidak heran orang-orang yang egois memaknai kesibukan ini
kerap menyebalkan di mata orang terdekatnya. Semoga kita terhindar dari
pemiskinan makna kesibukan yang kita lakukan. Wallahu a’lam
Dan tidaklah aku menciptakan jin
dan manusia selain beribadah kepada-Ku (Adz-Zaariyaat : 56)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar