|
ilustrasi (sumber: googling) |
"Wah.. rugi kamu ga ikut kemping bareng kita-kita, udah tempatnya bagus, buat api unggun seru deh, kasian banget kamu ga ikut kan bisa belajar tentang alam"
"Aduh di depan leptop mulu apa ga bosen ngetik-ngetik gitu? mending juga naek gunung atau ke pantai, lebih banyak inspirasi kan?"
"Kok kamu ga milih dia? karena dia kayak gitu? lebay banget sih pake pertimbangan bertele-tele"
Kutipan diatas adalah hal-hal yang mungkin sering kita lakukan. Kita kerap tidak sadar memaksakan preferensi kita terhadap orang lain yang mungkin punya pandangan juga terhadap preferensi kita.
Preferensi berasal dari bahasa inggris yaitu prefer yang artinya 'memilih' atau 'lebih suka'
dari wikipedia menyebutkan bahwa preferensi atau selera adalah sebuah konsep, yang digunakan pada ilmu sosial, khususnya
ekonomi. Ini mengasumsikan pilihan ralitas atau imajiner antara
alternatif-alternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan alternatif
tersebut, berdasarkan kesenangan, kepuasan, gratifikasi, pemenuhan,
kegunaan yang ada. Lebih luas lagi, bisa dilihat sebagai sumber dari
motivasi. Di ilmu kognitif, preferensi individual memungkinkan pemilihan
tujuan/goal.
Menurut kamus besar bahasa indonesia, Preferensi (1) (hak untuk) didahulukan dan diutamakan dp yg lain; prioritas; (2) pilihan; kecenderungan; kesukaan
Yah pada intinya preferensi itu semacam kesukaan atau kecenderungan gitu deh..
Seperti disinggung ditas, mungkin dalam pergaulan kita sehari-hari kita gak sadar sudah meremehkan preferensi orang lain, atau bahkan memaksakan selera kita ke orang lain. Orang lain gak suka kemping, gak suka keluyuran, di bilangin "Rugi kamu gak ikut kemping" atau "Rugi kamu tinggal di bali gak keliling-keliling Bali" <-- kalo ini nih sering aku dapet :v padahal aku gak ngerasa rugi tuh, biasa saja hihi. Preferensi itu kan tergantung sudut pandang. Kita gak bisa menilai preferensi orang lain pakai sudut pandang kita, jadinya ya kayak gitu kesannya 'ngece'
Termasuk dalam menilai preferensi orang lain dalam memilih jodoh, orang yang memilih jodoh/ menikah itu kan sudah pada dewasa, udah bisa mikir gitu, tentu saja mereka memilik pertimbangan-pertimbangan atau minimal alasan lah ketika memilih. Alasan itu bisa jadi berupa list-list kriteria yang seabrek ngalah-ngalahi menu makan di warung nasi padang, atau bisa jadi cuma alasan yang simpel "karena dia lucu, jadi setidaknya kalau hidup saya susah saya masih bisa tertawa bersamanya"
Nah.. semua itu preferensi mereka, dan kita gak punya hak buat menjudge bahwa preferensi kita lebih baik dari mereka, atau bahkan membuat mereka menjadi inferior dengan pilihannya. Hati -hati saja (sekali lagi ) jika tanpa sadar saat menyampaikan preferensi kita, malah membuat orang lain merasa minder atau merasa buruk dengan alasan pemilihannya. Padahal sebenarnya dalam perkara jodoh itu skenario Allah, mau seperti apapun alasan kita memilih, Allah lebih punya Alasan yang tidak kita tahu.. mau sehebat apapun alasan atau kriteria kita dalam memilih jodoh, Allah lebih paham alurnya. Banyak kasus mereka yang menikah jauh dari kriteria yang dahulu pernah mereka tuliskan, itu karena Allah lebih paham alasannya.
Saya kira ini bukanlah adab yang baik jika membuat orang lain merasa minder dengan preferensinya. Kecuali jika kasusnya itu apabila preferensi yang dia punya melanggar norma-norma agama,kesopanan, kesusilaan, dan semacamnya.
wallahu a'lam