Senin, 11 April 2016

Postingan

Postingan orang lain tidak semestinya menjadikan seperti apa diri kita.

postingan seorang istri yang memposting "kalo ada masalah trus nyungsep kepelukan suami, itu rasanya nyeesss.. sambil mention nama suaminya"
serta merta setelah membacanya, saya yg saat itu jomblo menjadikan itu sebagai semangat untuk mempejuangkan pernghargaan terhadap hati para jomblo yang kemungkinan nelangsa dengan hal-hal berbau kemesraan pasangan di sosmed, saya pun memposting status bijak yang kebetulan nemu di tumblr yg kurang lebih isinya untuk menghargai perasaan mereka yang belum lulus, belum menikah, belum hamil, belum punya anak, memiliki kekurangan fisik, dll agar tidak menjadi perantara kufur nikmat.

Saya jomblo dan merasa aman menuliskannya, saat itu saya menyelipkan niatan saya yang pengen dihargai sebagai orang yg belum lulus dan belum berpasangan. Saya ingin orang-orang berempati terhadap orang-orang seperti saya. Saya menulis dari sisi pandang saya saja, merasa hati ini terdiskriminasi dan perasaan-perasaan melankolis lainnya. Tanpa memikirkan atau mencoba berperasaan pada sisi yang lainnya.

padahal kalau saja saat itu saya mau mereview kembali niat saya. Saya bisa melihat yang dimaksud dengan 'menghargai' itu apa.

orang yang memposting foto wisuda atau foto skripsi yg sudah di jilid.
Dengan orang yang bertanya langsung padamu "kamu kapan lulus? kapan wisuda? skripsimu udah kelar?"
Mereka berbeda, posting wisuda dengan caption ALhamdulillah dan caption bahagia lainnya apakah dia bermaksud mendiskreditkan mereka yang belum lulus? belum tentu juga. Bisa jadi dia ingin berbagi kabar, bahwa dia sudah lulus, ini kabar terbarunya. Kan ada tuh temen yang karena lama ga nongol di sosmed kita jadi ga tau kabar terapdetnya.

orang yang berbagi foto pernikahannya
dengan orang yang bertanya kepadamu "kamu kapan nikah? jomblo aja"
Mereka berbeda, posting foto pernikahan apa berarti dia intoleran terhadap jomblo? ga juga. bisa jadi dia memposting untuk mengharap restu dan doa dari sahabat-sahabatnya.

orang yang posting gambar USG bayinya
dengan orang yang bertanya kepadamu "kapan hamil?"
mereka berbeda, apakah yg posting gambar USG bayi bermaksud ngece mereka yg belum hamil? sepertinya tidak, mereka bisa jadi ingin berbagi kebahagiaan, ingin dapat doa baik. Jika ada yang tersinggung dengan postingan demikian tentunya sangat disayangkan.

orang yang posting gambar aktivitasnya naik gunung turun gunung
memanah berenang dan berkuda
dengan orang yang bilang "kamu kok di rumah aja"
mereka berbeda, postingan aktivitas naik gunung turun gunung berbelok kepantai dan sebagainya tidak seharusnya membuat kita sensi dan merasa mereka pamer.

orang yang posting aktivitas pekerjaannya
dengan orang yang bilang "kamu gak kerja?"

kita bisa lihat perbedaannya. Jika kita tidak sengaja membuat saudara kita kufur nikmat lantaran postingan2 seperti dicontohkan tadi, itu diluar kendali kita. Karena postingan bersifat tak langsung. Tapi kita bisa mengendalikan ucapan langsung pada saudara untuk tidak menanyakan hal-hal yang membuat saudara kita tersinggung.

Jika kita melihat postingan "bahagia" saudara kita kemudian merasa sensi dan tersinggung, segera kita beristigfar dan memperbaiki hati kita, jangan racuni hati dengan dzon yg menjerumuskan diri sendiri pada kufur nikmat lalu menisbatkan postingan saudara kita sebagai penyebabnya. wallahu A'lam

Mendadak random ingat soal blunder penghapusan kolom agama di KTP, lantaran kolom agama dianggap diskriminatif. Padahal semua kolom agama bisa dianggap diskriminatif dan bikin sensi sih, mulai dari tahun lahir,status pernikahan, suku, pekerjaan, dsb.. :3 jadi penting sekali kita mengelola rasa sensi itu agar tidak selalu merasa terdiskriminasi. (o.o)a eh

source: RedMario.com

Jadi ingat juga kisah bapak-anak-keledai. bapak-anak naik keledai lalu di rasani orang-orang kalo mereka tak berperikehewanan. Lalu mereka turun, anak naik keledai dan bapak menuntun lalu dianggap anaknya durhaka karna naik keledai sndiri membiarkan bapaknya nuntun. Gantian bapaknya naik keledai anaknya yg menuntun dianggap bapaknya tega sama anak.
akhirnya mereka berdua tidak naik keledai dan berjalan beriringan menuntun keledai, dianggap ga efisien banget punya keledai tapi ga dimanfaatin. :v serba salah
nyambungnya dimana ya hmm... ya pokoknya gitu deh, kita ga bisa membuat semua orang didunia bahagia dengan tindakan kita, akan selalu ada hal-hal yang tidak memuaskan di mata orang-orang. Wallahu a'lam

mohon maaf lahir batin bila ada kata/kalimat yang kurang berkenan, tidak bermaksud membuat saudara sekalian tersinggung. suer!
salam damai v(o.o')v
@sketsapelangi





Tidak ada komentar:

Curcol dikit

Dulu sebelum kenal instagram , saya nulis statusnya di blog hehehe setelah dipikir-pikir emang nyaman sih nulis status di blog, apalagi u...