Kamis, 08 November 2012

Berdamai dengan kearifan Lokal

Kampung, Permukiman Tradisional, Tradisional..? Apa yang terlintas ketika kata Tradisional ini muncul?.. Kuno? Jadul? Kampungan? Ketinggalan Jaman? . Ya.. benar, dan itu wajar. Karena memang seperti itu kenyataannya.
Permukiman Tradisional memang berangkat dari tradisi bermukim orang-orang dari masa lalu yang masih ada hingga saat ini. Jadi wajarlah kalo di bilang jadul, kan emang dari jaman dulu. ^-^a 


Seiring dengan berkembangnya zaman, muncullah Istilah Globalisasi, Modern.. Lalu ide-ide globalisasi ini cenderung mendorong ide-ide yang berasal dari masa lalu, tradisional dan bersifat lokal untuk menyingkir, karena dianggap tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Tidak modern. Paradigma seperti ini sebenarnya perlu di luruskan, karena tradisional dan lokal tidak berarti tidak dapat di rujuk.
Permukiman Tradisional sangat akrab dengan Kearifan lokal, mayoritas Permukiman Tradisional di Indonesia memiliki Kearifan Lokal.
Teknologi permukiman muncul akibat adanya tantangan di lingkungan permukiman tersebut, dan hal ini berlaku pada permukiman tradisional, dan menjadi salah satu kearifan lokal yang dimiliki permukiman tradisional. Karena itu tiap permukiman tradisional punya karakteristik kearifan lokal masing-masing. Di kaitkan dengan Ide Globalisasi, sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal justru bersifat universal/global. Misal konsep ramah lingkungan, hemat Energi, serta Sustainability.


(Gambar permukiman tradisional kampung naga yang konsep ramah lingkungan, hemat Energi, serta Sustainability)

Ide-ide seperti ini masih sangat sesuai dengan konteks kekininian. Apalagi jika konsep serta pengetahuan tersebut di adopsi dan di kreasikan dengan konteks masa sekarang. Jadi sangat tidak beralasan jika masih menganggap bahwa permukiman tradisional tidak sesuai dengan konteks kekinian dan perlu di rubah/di modernkan.
Permasalahan permukiman tradisional yang kerap di keluhkan oleh para “pembaharu” adalah tidak ada kemauan dari komunitas tradisional untuk maju, buruknya sanitasi, kotor, dan semacamnya. Hal ini dapat di seleseaikan tanpa harus “memodernkan” mereka. Kita dapat menawarkan solusi pembenahan dan perbaikan tanpa harus merombak karakteristik yang sudah ada.
Permukiman Tradisional merupakan Aset budaya bangsa, dari sini kita dapat belajar dari mana kita berasal, kita belajar tentang kearifan dari masa lalu, kearifan terhadap alam, terhadap sesama, terhadap sekitar, kita juga dapat belajar budaya yang kita punya. Berdamai dengan Kearifan lokal bukanlah hal yang merugikan.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah (masa lalu)
Bung Karno
Sketsa Ultra Pelangi
Denpasar 23 September 2012. 2.53 PM

Sumber Gambar:
http://www.indotoplist.com/member/admi/img_detail.php?detail_id=821&jen=2

copyright sketsa ultra pelangi 23 September 2012 duniasketsa.multiply.com

Tidak ada komentar:

Curcol dikit

Dulu sebelum kenal instagram , saya nulis statusnya di blog hehehe setelah dipikir-pikir emang nyaman sih nulis status di blog, apalagi u...