Kamis, 08 November 2012

Ayah saya yang pendiam dan kolam ikannya




Pagi-pagi hari ini hari rabu saya menelpon ke rumah orang tua di kampung sekedar kangen suara mereka. Ternyata Ayah sudah ke kantor duluan.

Saya lebih memilih menelpon ibu ketimbang Ayah, karena Ayah kalo di telpon ngomongnya dikit padahal saya pake paket 10 menit bicara, jadi selalu kurang dari 10 menit rasanya pulsanya sayang. Yang di bincangkan pun hal-hal yang penting-penting dan perlu saja. Ayah memang orang yang hemat bicara. Tidak banyak bercerita. Katanya karena beliau orang Jogja, padahal banyak teman-teman saya yang orang jogja lumayan seru kalo bicara.
Bahkan sebuah 'joke ciptaan Ibu diciptakan karena sifat hemat bicara Ayah ini "Mungkin meskipun Malaikat jatuh di didepannya dia gak bakalan cerita juga"
benar memang, jangankan cerita heboh yang terjadi di kantor atau di sekelilingnya, beliau tidak pernah membahasnya apalagi cerita kecil-kecilan yang kadang suka dihebohkan masyarakat kita. Beda lagi dengan Ibuku, beliau seperti penterjemah dari sikap hemat bicaranya ayah. Jadi Kalau Ayah saya bicaranya 10 kata, ibu akan menterjemahkan ke kami sebanyak 100 kata. Kata orang-orang itu karena Ibu orang Sulawesi memang gemar berbicara.

Setelah mengakhiri pembicaraan 'garing' dengan ayah, saya segera menelepon Ibu. Ini ibu kalo pake paket 10 menit pastinya lebih dari sepuluh menit. Baru saya ucapkan salam dan membuka percakapan dengan: " Apa kabar Mama?" saya memang memanggil ibu saya dengan sebutan Mama.
"Baik, eh.. tau? " lalu Ibu saya pun mulai bercerita tanpa henti, dan saya mendengar.

"Kemarin waktu mama sampe rumah, ternyata di depan rumah sedang di bangun kolam ikan, Papa yang bikin. Mama kaget, Pintar juga Papamu bikin kejutan. Tapi sebenarnya dalam hati mama kurang setuju"

"Karena uang dari mana dia bangun kolam ikan sepanjang halaman depan rumah itu, tapi keren lho kolam ikannya itu diatasnya di bangunkan titian, jadi nanti kalo kamu pulang mau masuk ke rumah harus lewat titan itu. Bagus sih. Tapi kan pemborosan, kalian kan masih banyak kebutuhan kuliah, Ines juga sudah mau kuliah, kamu perlu banyak uang untuk skripsi"

Saya senyum-senyum saja. Memang ya, perempuan itu tidak suka-tidak suka tapi suka. Buktinya kolam ikan itu diceritakan dengan riang oleh beliau, tapi tetap ada tapi-tapinya...

Ibu saya melanjutkan lagi "tapi mama tidak jadi marah karena biar papamu senang, daripada dia fertigo lagi. Apalagi waktu mama tanya uang darimana?, papamu bilang itu uang yang dia kumpul-kumpul buat nganterin ines ke Malang, tapi karena tidak dapat ijin cuti. , jadi uangnya dibuat kolam ikan"

"trus waktu mama tanya kenapa tiba-tiba mau kolam ikan, kenapa tidak tanam-tanam tanaman hias saja, papamu bilang begini : Anak-anakku cuma dua orang, dua-duanya sekolah jauh-jauh semua. Kita nanti kesepian disini. Jadi biar kita ada teman main ya main sama ikan-ikan"

setelah mendengar cerita ibuku itu, saya langsung menangis. Saya tidak tau mau berkomentar seperti apalagi.

Tidak ada komentar:

Curcol dikit

Dulu sebelum kenal instagram , saya nulis statusnya di blog hehehe setelah dipikir-pikir emang nyaman sih nulis status di blog, apalagi u...